PART 20

7K 766 16
                                    

Zara,

Bingung dengan perasaan ku sendiri, minggu depan Gavin akan datang. Aku pasti akan harus menjadi penengah diantara mereka. Dan saat ini, sejak sentuhan bang Ian tempo hari, perasaanku jadi gamang.

Apakah masih ada benih – benih cinta dihatiku untuk nya? Apakah yang berusaha dia sampaikan dengan sentuhan itu? Aku bingung. Aku tidak tahu, harus menceritakan kegundahan ini pada siapa. Tidak mungkin kepada mami, dan aku, bisa di bilang tidak punya sahabat. Semua hanya teman biasa, dan rekan bisnis. Tidak ada teman spesial yang bisa ku jadikan tempatku mencurahkan isi hati ku.

Sahabat terakhirku adalah, Adrian Kamil Nasution. Ironi bukan? Sahabat yang memporak porandakan hidupku.

Aku mencoba menghubungi tante Sarrah, tante yang merawatku selama aku hamil dan melahirkan di Perth. Tante Sarrah adalah istri dari om Hendra, adik Alm papi.

"Hi tante..." aku memutuskan untuk menelpon tante Sarrah.

"Hi sayang, apa kabar kamu? tante kangen banget tau gak sih" sapa tante Sarrah dengan nada yang sangat ceria. Aku tertawa pelan mendengar antusias nya menyambutku.

"baik tante, tante sendiri apa kabar? Maaf ya Zara belum bisa balik lagi, masih ribet banget disini."

"tante baik, om juga baik. Cucu tante gimana disana?"

"Arsya, yah culture shock sedikit sih, maklum, kan Arsya gak bisa bahasa Indonesia tan" aku tertawa mengakhiri kalimatku.

"kamu... ada yang mau diceritain sama tante?" tembak tante Sarrah, dia memang hapal betul, kapan aku butuh teman berbagi. Aku menghela napasku gusar.

"ada tante... ada banget. Maaf ya, kesannya aku telpon tante kalau ada butuhnya doang" aku tertawa sungkan, aku memang sudah seminggu tidak bertelpon dengannya, bukan karena aku tidak butuh, tapi aku lelah sekali setiap pulang.

"apa sih kamu ah, sama tante pakai kayak gitu. Hayo.. galau – galau apa sih?" tante Sarrah malah tertawa menyikapiku. Adik papa ini memang pasangan suami istri yang luar biasa baik, hati mereka begitu tulus menyayangi orang lain.

"aku.. ketemu ayahnya Arsya, tan" ucapku dengan nada yang ragu – ragu.

"kok bisa? Kalian janjian? Kan kata kamu, kamu gak tahu dia dimana?" berondong tante Sarrah.

"semua kebetulan tante, dari aku cari rumah, ternyata rumah dia. Perusahaan papi sewa lawyer yang ternyata dia. Singkat cerita, Arsya sekarang ketemu ayahnya"

Tante Sarrah menghela napasnya "jadi Arsya sekarang udah tahu?"

"mmmhh... nggak tante, dia masih panggilnya om. Kami belum kasih tahu yang sebenarnya. Aku belum siap"

"oke.... terus yang jadi masalah sekarang apa?" tanya tante Sarrah.

"Gavin... dia gak nyaman sama situasi ini, tan. Dan di sisi lain, aku juga udah gak mungkin, menghalau daddy nya Arsya, untuk gak nemuin Arsya lagi. Dalam sekejap, mereka bisa klop gitu, tan. Aku juga gak ngerti"

Tante Sarrah hening sebentar "yah.. namanya juga sedarah, Ra. Pasti secara naluriah, mereka bakalan terhubung. Dan apa ayahnya Arsya nunjukin sikap yang baik, setelah ketemu anaknya?"

"lebih dari sekedar baik tante. Aku sendiri juga gak nyangka"

"oke..." tante Sarrah hening sesaat "terus, dia ngajak kalian untuk sama – sama?"

Aku diam sesaat, berpikir "sampai sekarang, belum ada pembicaraan kesitu tan. Tapi kalaupun ada, aku udah ada Gavin kan tan"

"yah... kalau itu, kamu yang punya jawabannya Zara, bukan tante"

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang