PART 43

6.3K 679 20
                                    


part ini mungkin akan mengundang beberapa pertentangan pendapat dan ketidak nyamanan beberapa pihak. feel free to disagree, dan saya mohon maaf kalau ada pihak yang gak berkenan. saya hanya berusaha untuk menyelipkan ajakan kebaikan disetiap tulisan saya, tapi kalau kurang berkenan saya mohon maaf. semoga semua yang membaca tulisan saya merasa terhibur sekaligus bisa menjadi motivasi. thanks... 


Zara,

Bang Adrian seperti memiliki kebiasaan baru belakangan ini. setiap dia selesai mengantar Arsya sekolah, dia selalu menelponku, sampai akhirnya dia tiba di tujuannya, entah kantor, entah dimana saja dia harus berada saat itu. Dia juga selalu melaporkan padaku, dia kemana, bertemu siapa dan selesai jam berapa, bahkan mengabari setiap dia sudah selesai bertemu dengan pihak yang dimaksud, tidak lupa juga dengan penjelasan lengkap, apabila pertemuan berjalan lebih lama dari semestinya.

Tapi sudah, hanya disitu saja, tetap tidak ada kata permintaan atas diriku, yang terlontar dari bibirnya. Sejujurnya aku menunggu.

Usapan lembutnya pada kepalaku, menjadi gesture nya sehari – hari, setiap dia pamit. Dia kerap memanggilku dengan panggilan sayang, walau tidak selalu. Ada sedikit rasa kesal, seolah dia hanya ingin menggantungkan perasaan ku. tapi ada suara kecil berbisik di hatiku, bahwa something's holding him back, ada yang menahannya untuk melangkah mendekatiku, memintaku. Dan apa itu?

Seperti 5 hari belakangan ini, bang Adrian berada di Kuala Lumpur untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan yang cukup besar. Sebuah perusahaan besar Malaysia, yang akan membuka kantor perwakilannya di Indonesia, membutuhkan jasa hukum dari lawfirm tempat bang Adrian bekerja.

Dan 5 hari ini, kami rutin bertelpon dan ber video call. Video call tentunya dengan Arsya, dan telepon? Tentunya hanya kami berdua, mostly di pagi hari dan sebelum tidur. Kadang kami membahas rencana tentang Arsya, kadang kami entah membicarakan apa, mengalir begitu saja. seperti ketika bang Adrian menceritakan seorang wanita paruh baya yang dia temui di food court siang itu, dan bercerita panjang lebar bahwa ketika dia muda dia pernah memacari pria yang persis dengan bang Adrian. Dan tentunya membuatku terbahak – bahak.

Gavin hampir selalu ada untukku. Ku katakan hampir, karena memang keberadaan Gavin di Jakarta bukanlah untuk menemani ku, dan mengikat ku agar tidak kemana – mana. Dia bertugas untuk meng ekspansi jaringan perusahaan keluarganya, yang berpusat di Australia sana. Dia sangat sibuk, dan aku memahami itu. Walau aku tidak menutup kemungkinan, absen nya dia pada hari – hariku, yang seringkali tergantikan oleh munculnya sosok bang Adrian, justru melemahkan keteguhan hatiku, untuk tetap memilih Gavin.

***

Aku sekarang sedang duduk dikantorku dengan mbak Kanaya, melanjutkan pembicaraan kami tempo hari. Mbak Kanaya membawa beberapa konsep baru, yang menurutku ide – idenya sangat brilliant. Bagaimanapun pengalamannya bekerja dalam bidang sales and marketing, memang menempanya sangat baik. Aku banyak belajar darinya. Dia juga orang yang sangat sabar dan lembut, tidak heran mas Barra head over heels to her.

"mbak... boleh tanya?" ucapku, kami sudah selesai dengan segala hal berbau pekerjaan. Dia sedang menikmati molten lava cake dengan vanilla ice cream, bahkan dia memakannya tanpa perlu menjaga image kecantikannya, tapi amazingly tetap terlihat cantik walau sesekali ada noda cokelat di bibirnya.

"nanya aja... gak apa – apa kok" sambutnya dengan nada yang riang.

"awal mula mbak terpikirkan untuk paka hijab, kenapa?" tanyaku penasaran. aku selalu penasaran pada orang - orang yang pada akhirnya bertekad memutuskan memakai hijab. walau banyak yang bilang juga, pakai hijab itu gak berat kok, gak susah. 

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang