Zara,
Kedua orang tua bang Adrian sudah pamit, setelah memberikanku sedikit waktu untuk duduk relaks sejenak, dengan mereka yang benar – benar menggantikan aku dan bang Adrian. Aku bahkan di minta untuk pergi keluar sebentar, menyegarkan pikiran. Akhirnya aku memutuskan untuk menikmati teh hangat sebentar di kafetaria, dan bang Adrian tampak lebih memilih berbincang dengan ayahnya, masalah pekerjaan, ketimbang bergabung denganku di kafetaria.
Bang Adrian menjauhi ku, pasti ada yang tidak beres dengannya. Feeling ku berkata ini mami.
Tapi kalau aku menanyakan hal ini pada mami sekarang, hanya akan menambah ruwet pikiranku. Arsya yang kondisinya belum stabil karena ini baru hari ke tiga dia dirawat, rasanya tidak perlu aku tambahi dengan ulah mami, yang entah kenapa aku yakin, lebih mementingkan isi pikirannya ketimbang perasaan lawan bicaranya.
Aku tahu, mami amat menyayangi ku dan papi. Tapi cara mami menyayangi ku dan papi, berlebihan. Kelemahan mami dalam menyayangi kami adalah, selalu merasa bahwa mami lah satu – satu nya orang, yang paling paham apa yang aku dan papi butuhkan, dan apa yang baik untuk ku dan papi, bahkan melebihi diri kami sendiri. segala tindak tanduk ku, selalu mami yang atur dan putuskan. Sekolah dimana, apakah aku harus mengambil jurusan IPA, IPS atau bahasa semua mami yang putuskan. Terkecuali Leiden, aku melewati perdebatan panjang berbulan – bulan, untuk akhirnya mami kalah pada argumentasi aku dan papi, bahwa aku harus berangkat ke Leiden.
Bahkan aku tidak memiliki banyak teman selama masa sekolah, mami selalu mensortir siapa – siapa saja yang boleh berteman denganku. Dan hasil sortiran mami, selalu berakhir dengan hanya satu atau dua orang maksimal lima orang, anak dengan penampilan kutu buku, tidak banyak bicara, tidak banyak bermain, yang hari – harinya hanya berpindah dari satu tempat les ke tempat les lainnya. Bahkan aku tidak pernah menghadiri acara ulang tahun teman – teman SMA ku.
Dulu mami pernah murka luar biasa, ketika tante Sarah diam – diam mengajak ku ke mall, dia membiarkan ku menikmati indahnya dunia luar. Selama ini dunia luar ku hanya sekolah dan tempat les. Hari itu mami dibawa papi ke Bandung untuk menghadiri sebuah undangan pernikahan rekan bisnis. Saat itu adalah tahun terakhir tante Sarrah dan om Hendra di Indonesia, sebelum mereka pindah ke Australia. Tante Sarrah tahu betul bagaimana aku dibesarkan, aku benar – benar diletakan didalam cangkang. Oleh karena itu, tante Sarrah diam- diam membawa ku ke sebuah mall besar yang sedang ramai diperbincangkan, yang selama ini hanya ku dengar dari teman – temanku eksistensinya. Dia bahkan menyuruhku memilih berbagai macam pakaian yang saat ini sedang trendy dikalangan remaja seusiaku, aku tidak pernah memilih sendiri pakaianku. Membelikan ku beberapa jenis makeup yang wajar untuk remaja, dan aksesoris kekinian sesuai yang aku lihat di majalan remaja. Mami selalu pulang dengan membawa pakaian untukku.
Bukan aku tidak pernah pergi ke pusat perbelanjaan, tapi aku hanya pergi ke pusat perbelanjaan sesuai keinginan mami dan mami yang menentukan kapan. Itu pun hanya sesuai kebutuhan, tidak ada acara duduk – duduk santai dulu. Paling mentok aku hanya makan disebuah restaurant yan itu – itu lagi, lalu pulang. Biasanya disana aku hanya akan mengikuti setiap langkah mami, menemani mami mencari beberapa keperluan yang membosankan, karena sama sekali bukan duniaku. Seperti menjelajahi seksi pakaian ibu – ibu sesusia mami dan brand – brand makeup khas ibu – ibu. Pernah sekaliwaktu mami asik berbincang dengan pramuniaga makeup langganan mami, aku diam – diam mencoba – coba berbagai warna eye shadow dari counter makeup yang sedang hits dikalangan remaja, bahkan pramuniaga nya membantuku meng aplikasikannya. Nahas, bukannya mendapat apresiasi, sang pramuniaga, yang menurut ku selera ber make up nya bagus itu, malah di damprat mami, menurut mami dia sudah mempengaruhi ku untuk berbuat tidak seperti anak se usiaku. Bahkan aku hanya membaurkan beberapa warna natural pada mataku. aku sudah kelas 3 SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...