Chap 116 : Late (II)

858 94 5
                                    


Dengan geraman yang keras dan dalam, cairan kental putih berceceran di seluruh dadanya.

Getaran dahsyat yang dirasakan sebelum ejakulasi sangat intens menyebabkan pinggul dan tangan Wu terus gemetar bahkan setelah pelepasannya berakhir cukup lama, seperti ia baru saja melakukan perang. Walaupun ia bisa menyelamatkan nyawanya tetapi energinya telah habis terkuras.

Chi bernapas lega dengan penuh kepuasan. Jejak keringatnya terbentuk disekitar tulang  alisnya yang makin menonjolkan sisi maskulinnya.

Ia berjalan mendekat untuk membuka penutup mata Wu, itu sangat basah tidak yakin apakah karena keringat atau air mata atau bahkan keduanya. Mata Wu sangat merah, pandangannya menyapu kesegala arah lalu ia menyipitkan matanya dan disana ada jejak melankolik dibalik tatapannya yang lelah.

"Apakah enak?" Chi membelai wajah Wu.

Wu menjawab dengan lesu, "Jangan berbicara denganku."

Chi mengeluarkan handuk basah dari laci meja disebelah tempat tidur, ia menyeka wajah Wu dengan perasaan sayang lalu menyeka lehernya kemudian beralih ketangannya... Chi melanjutkan mengelap hampir keseluruh bagian tubuhnya kecuali ke tempat dimana cairan cinta menempel dibagian atas dada Wu.

Wu ingin membersihkan bagian dadanya yang terasa lengket tapi Chi langsung menangkap gerakan tangan Wu sebelum ia sempat melakukan apapun.

Wu cemberut dan bertanya pada Chi, "Kenapa kau tidak membersihkannya?"

Chi tidak mengatakan apa-apa hanya jarinya yang kasar menggosok dadanya, ujung jarinya meratakan cairan itu kedadanya, dengan lambat menggosok diantara dada dan perutnya meratakan ke seluruh bagian tanpa terlewat. Lalu ia sengaja mengelus bagian dada dekat putingnya yang mudah geli, jarinya sengaja berputar-putar disekitar putingnya menyebabkan warna merah muda merona muncul perlahan dikulit Wu.

Wu terengah-engah dan menahan tangan Chi untuk melanjutkan, "Apa yang kau lakukan?"

"Bermain-main denganmu..." Chi menggigit bahu dan leher Wu sambil tersenyum menggodanya.

Tubuh Wu benar-benar menjadi sangat sensitif setelah beberapa ronde permainan cinta mereka, bahunya terasa mati rasa oleh rasa sakit. Wu mencoba meronta dan merengek, "Apa kau tidak puas bermain?"

Chi melihat kearah Wu dengan mata hitam gelapnya, nadanya tidak dalam bahkan bisa dikatakan sangat lembut tetapi entah membuat Wu merasa takut.

"Aku belum merasa puas."

Setelah mengatakannya Chi mulai menggosok kembali puting Wu sambil menunjukkan wajahnya yang mengejek Wu. Wu benar-benar sudah tidak perduli lagi, setengah badan bagian bawahnya terasa sangat sakit sampai ia bahkan tidak berani bergerak walau sedikitpun. Tapi sekarang tubuhnya sedang digoda oleh Chi, sedikit-sedikit energinya kembali menggeliat bahkan nada suara yang sebelumnya menolak berubah arah menjadi erangan-erangan kecil.

"Aku ingin tidur." Jawab Wu sedikit terengah.

Chi menarik tangan Wu dan meletakkannya diatas putingnya sendiri seraya menggodanya, "Bagaimana kau bisa tidur  dengan putingmu yang membengkak seperti ini."

Wu ingin menarik tangannya kembali tapi Chi menahannya dengan senyum licik memaksanya untuk mencubit dan menggosok putingnya dengan tangannya sendiri. Perasaan dipermalukan dan sensasi menggelitik yang membuatnya seperti tersengat menjadi satu, ia tidak bisa melarikan diri atau melawan akhirnya ia hanya mengeluarkan erangan erotis dibawah tubuh Chi.

"Sepertinya ada yang menikmati dirinya sendiri disini?" Chi menggoda Wu membuatnya merasa dipermalukan.

Wu mencoba menahannya, menguranginya tapi ujungnya malah meledak tak tertahan, Wu melingkarkan tangannya ke leher Chi, pipi Wu yang panas terus bergesekan dengan dada Chi yang kasar, bagian bawah tubuh mereka akhirnya terhubung lagi, terengah-engah sebelum akhirnya gelombang panas lainnya datang kembali.

Counterattack 'Jatuh Cinta Pada Musuh' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang