1

526 58 12
                                    

Daarr ...

Daarr ...

Suara ledakan mengagetkan para pekerja pelabuhan sore itu. Syahbandar berlari ke arah ledakan, wajahnya menampakan kekagetan luar biasa.

Blurrr ...

Api menjalar ke setiap bagian kapal yang menjadi sumber suara ledakan.

Semua orang yang berada di pelabuhan mengalami kepanikan. Bagi mereka, ini adalah kejadian langka. Sebuah kapal besar dan penuh muatan terbakar.

"Cepat padamkan api!"

Semua orang saling berteriak. Keriuhan terjadi di sana-sini. Dalam waktu singkat, orang berdatangan ke tempat kejadian. Tanpa diundang. Suara ledakan dan jilatan api yang mengundang mereka.

Langit senja bertambah terang, tapi bukan terang oleh indahnya matahari yang baru tenggelam. Dia justru tenggelam di ufuk barat dan enggan menyaksikan keriuhan yang terjadi saat itu.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan, Tuan," seorang pekerja pelabuhan memberikan laporan pada Syahbandar.

"Apa maksudmu? Tidak ada cara untuk memadamkan api itu?"

"Bukan begitu ... maksud saya ... kapal itu penuh dengan muatan bubuk mesiu ...."

Daarr !

Ledakan terjadi sekali lagi, lebih keras.

"Itu maksud saya. Ledakan terus terjadi."

Syahbandar marah besar. Dia sulit menerima kejadian ini. Jabatannya dipertaruhkan. Terlintas dalam pikiran, bagaimana aku mempertanggungjawabkan semua ini pada pemilik kapal?

Daarr !

Ledakan terjadi lagi. Semua orang berlari mencari perlindungan.

Tidak terkecuali puluhan ekor kuda yang sedang ditambatkan. Mereka meronta-ronta ingin pergi menghindari bahaya. Tapi sayang, tali kekang menyulitkan  mereka untuk berlari.

"Awasss!!" seorang pria berteriak.

Mata Sang Syahbandar tertuju pada suatu benda yang sedang melayang. Serpihan kayu yang terbakar menuju ke arah mereka. Seperti nafas seekor naga akan menyambar mangsanya.

Bruukk ...!!

Serpihan kayu terbakar itu menghantam atap sebuah gudang.

"Celaka!! Itu gudang kain sutera!!"

Panca dan Manusia ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang