Malam semakin larut, tapi Pranata belum mendapatkan tempat untuk sekedar melepas lelah. Hatinya belum bisa tenang, dia masih berpikir jika orang-orang yang pernah menyekapnya akan terus mengejar.
Dimana aku? Aku tidak mengenal kota ini?
Begitulah pikirnya. Selama hidupnya, baru kali ini dia harus jauh dari rumah. Tidak ada teman atau saudara yang dikenali.
Nyimas Pratiwi dan anak-anak itu terpisah denganku. Dimana mereka?
Pranata duduk di pinggir jalan yang gelap. Dari kejauhan, nampak orang yang sempoyongan. Mabuk. Orang itu berjalan ke arahnya. Rasa takut Pranata bertambah.
Untungnya, di sepanjang jalan tumbuh pohon-pohon besar. Dan, itu menjadi tempat yang ideal untuk bersembunyi.
Pranata tidak ingin keberadaannya mengundang perhatian. Dia pun bersembunyi di balik pohon rindang.
Pranata menyandarkan tubuhnya pada batang pohon yang besarnya melebihi lingkar tubuhnya. Wajahnya menengadah ke atas, timbul ide dalam pikirannya.
Aha, aku punya tempat untuk bersembunyi.
Pranata menaiki pohon itu sambil berharap tidak ada orang yang mengetahui keberadaannya. Bagi Pranata memanjat pohon bukan hal yang mudah. Badannya yang tambun menghambat gerakan. Tapi, dia terus berusaha.
...
Dengan susah payah, Pranata mencapai beberapa dahan dan mencoba mencari tempat yang "aman" untuk sekedar bersembunyi. Dan, berharap tidak ada yang tahu jika dia ada di sana.
Tapi, harapan itu tidak berlangsung lama. Rasa kantuk yang sebelumnya menyerang, tiba-tiba hilang karena ada seseorang yang membentak.
"Hei! Sedang apa kau di sini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Manusia Api
AksiDarr ... Suara ledakan mengagetkan para pekerja pelabuhan sore itu. Syahbandar berlari ke arah ledakan, wajahnya menampakan kekagetan luar biasa. Bluurr ... Api menjalar ke setiap bagian kapal yang menjadi sumber suara ledakan. Semua orang yang be...