25

104 30 0
                                    

Api semakin membesar. Angin laut sore itu membuat api mudah membesar. Apalagi, bangunan yang terbakar terbuat dari bahan yang mudah terbakar. Sebagian besar bangunan dibuat dari kayu dan bambu.

"Kebakaran !! ... kebakaran !!" Raden Panca berteriak memanggil bala bantuan.

Tidak butuh waktu lama untuk mengumpulkan orang membantu memadamkan api. Walaupun sulit. Sumber air jauh dari tempat itu.

Diantara kobaran api yang semakin membesar, Raden Panca melihat ada sesuatu yang bergerak. Atau, seseorang?

Anak remaja itu melompat dari kudanya. Wushh, dia berlari ke dalam bangunan yang sedang terbakar hebat. Orang-orang yang menyaksikan terpana akan keberanian anak itu. Sekaligus khawatir terjadi sesuatu yang membahayakan.

"Mana orang itu?" seorang wanita dengan wajah penuh kekhawatiran bertanya-tanya.

Kekhawatiran wanita itu terjawab sudah. Panca berlari keluar dengan membopong seorang gadis yang sudah pingsan.

"Siapa dia?" ada yang bertanya-tanya identitas orang yang membopong gadis itu.

"Tidak tahu, dia memakai topeng sih ...."

Seketika orang berkerumun menyambut Raden Panca dan gadis yang dibopongnya.

"A Ling ...," orang-orang itu mengenal gadis pingsan karena menghirup asap pekat.

"Bagaimana Ibu dan Bapanya?"

"Saya tidak menemukannya." Raden Panca kebingungan dengan pertanyaan orang-orang sekitarnya.

"Mungkin dia masih di dalam?"

"Baiklah. Saya akan kembali masuk." Raden Panca bersiap untuk berlari kembali.

"Jangan! Jangan sampai ada korban lagi ...," para pria di tempat itu menahan Raden Panca.

"Tapi ...."

"Percayalah, Nak. Kejadian seperti ini sudah sering terjadi di sini. Kau jangan membahayakan dirimu."

"Ini bukan kejadian pertama kali, Nak. Jarang ada yang bisa diselamatkan jika kobarannya sebesar ini."

Raden Panca membuka topengnya untuk mengambil udara segar. Walaupun udara segar tidak tersedia.

Raden Panca hanya bisa diam berdiri, menatap kobaran api yang semakin besar.

Panca dan Manusia ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang