Desa Pujasari menyambut dengan sukacita kedatangan Raden Bakti yang membawa serta Pranata dan Pratiwi. Akhirnya, teka-teki tentang kehilangan anak-anak itu terjawab sudah.
Menjelang malam warga berkumpul di halaman rumah Raden Bakti. Serta merta mereka memeluk Pranata dan Pratiwi. Banyak hal yang ditanyakan pada mereka berdua. Walaupun, mereka kebingungan harus memulai cerita mereka darimana.
"Sudah dulu, kalian semua mendingan pulang ke rumah. Jika kalian penasaran, nanti setelah Isya kita berkumpul di balai warga."
"Baiklah, Ki Lurah."
Orang-orang yang berkerumun itu membubarkan diri. Mereka pulang dengan rasa penasaran. Dari percakapan diantara mereka, terdengar kalimat yang sekedar menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi pada Pranata dan Pratiwi.
Rasa penasaran itu juga menghampiri Raden Bakti. Dia tidak melihat anaknya dalam kerumunan.
"Bu, kemana Panca?" Raden Bakti bertanya pada istrinya.
"Ibu belum melihat dia. Mungkin sedang mandi."
Raden Bakti merasakan hal yang tidak biasa. Pria itu tidak langsung masuk ke rumah. Dia berjalan ke arah kandang kuda. Untuk memastikan, dia memeriksa kuda peliharaan di kandang.
"Sadewa ... kuda itu tidak ada di kandang."
Raden Bakti berbalik arah dan berjalan dengan langkah tergesa. Dia masuk ke dalam rumah, didapatinya istri dan anak bungsunya sedang menyiapkan makanan.
"Darma, kamu tahu ke mana Kakakmu pergi?"
"Tadi sih ... aku lihat Kakang Panca berkuda ke arah kebun belakang." Darma menjawab pertanyaan Ayahnya tanpa merasakan keanehan dari pertanyaan itu.
"Kamu tahu dia ke mana?"
"Tidak tahu."
"Mungkinkah dia ke Batavia?"
Raden Bakti mengira-ngira tujuan anaknya pergi. Dia merasa tidak tenang mendapati anak sulungnya tidak ada di rumah.
"Kalau ke Batavia pasti berpapasan di jalan dengan Kakang?" istri Raden Bakti memberikan kesimpulan.
"Tidak. Dia menggunakan jalan setapak menyusuri kebun warga. Sehingga, tidak berpapasan denganku. Dia tidak ingin kepergiannya diketahui banyak orang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Manusia Api
AksiDarr ... Suara ledakan mengagetkan para pekerja pelabuhan sore itu. Syahbandar berlari ke arah ledakan, wajahnya menampakan kekagetan luar biasa. Bluurr ... Api menjalar ke setiap bagian kapal yang menjadi sumber suara ledakan. Semua orang yang be...