13

114 33 0
                                    

"Kau sudah bangun rupanya," seorang gadis masuk membawa makanan.

"A Ling, terima kasih sudah menampungku di sini." Pratiwi tersenyum.

"Sama-sama."

"Sebenarnya aku malu padamu. Beberapa hari lalu Ayahku berkelahi dengan Ayahmu. Sekarang, kau merawatku di sini."

"Tenang saja. Aku sendiri tidak setuju dengan Ayahku yang telah membantu pedagang budak itu. Makanya, aku memberitahu dimana anak-anak itu disekap."

"Jadi, kau sudah tahu bisnis haram yang dilakukan Ayahmu."

"Ya, Ayah tergoda dengan bayaran yang tinggi. Makanya, dia sering menampung banyak anak-anak untuk selanjutnya dibawa ke Pelabuhan."

"Penginapan ini memang tempat yang baik untuk menampung anak-anak tanpa orang merasa curiga."

"Lalu, Ayahmu sendiri dimana?"

"Ayahku malah ditangkap Polisi ketika akan mencari Pranata ke Pelabuhan."

"Kenapa?"

"Ada orang yang mengajaknya berkelahi di tengah jalan. Dan, kemudian Polisi datang."

"Lalu, anak itu?"

"Pranata kabur bersama anak-anak yang lain. Semalam Pelabuhan kebakaran. Keadaan sangat kacau. Itu kesempatan yang baik untuk kabur."

"Meskipun kau harus mempertaruhkan nyawamu?"

Pratiwi hanya tersenyum. Sesekali dia menahan rasa sakit di lengan kirinya.

"Bagaimana tanganmu?"

"Sekarang lebih mending. Obat dari Tabib cukup mujarab mengurangi rasa sakitku."

"Ya, Tabib memberimu obat penenang. Sehingga, kau tertidur nyenyak semalaman."

"A Ling, nanti aku akan bayar biaya pengobatannya sekaligus biaya penginapannya."

"Apa maksudmu? Kau tidak perlu membayarku. Anggap saja ini ucapan terima kasih padamu."

"Terima kasih untuk apa?"

"Terima kasih karena sudah menyadarkan Ayahku. Sejak kejadian itu Ayahku benar-benar bersumpah tidak akan menjadi bagian dari komplotan perdagangan budak lagi."

"Begitukah?"

"Ayahku mulai ketakutan. Karena, selama ini tidak ada yang tahu peran Ayahku dalam perdagangan budak. Tapi, setelah terbongkar olehmu dan Ayahmu ... jadi sering Polisi datang ke sini."

"Bertanya banyak hal?"

"Ya, hampir saja Ayahku dipenjara. Namun, kurang bukti untuk menjeratnya."

A Ling dan Pratiwi saling tatap. Mereka mulai saling percaya satu sama lain. Pratiwi punya teman baru di tengah Kota Batavia yang kejam.

Panca dan Manusia ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang