"Oh ... Anda, Tuan." Si Polisi Jangkung tersipu malu ketika sang tuan rumah memergoki mereka.
"Ya, ada yang salah denganku? Ini rumahku," Valentjin berkata ketus.
"Maaf, Tuan. Kami hanya heran kenapa lampu di sekitar sini padam."
"Aku hargai kerja kalian. Aku tahu kalian Polisi yang baik."
"Terima kasih, Tuan."
Kedua Polisi itu terdiam sejenak. Sesekali mereka memperhatikan sosok yang berdiri di depannya. Seperti sosok yang tidak dikenali. Seorang pria berbaju serba hitam, bertopi hitam dan perban kehitaman menutupi setengah wajahnya.
Hanya suaranya yang bisa mereka kenali dengan baik.
"Hei ... kalian berdua kan sudah mengenalku cukup lama."
"Ya, Tuan. Tentu saja."
"Begitupun aku. Aku mengenal kalian sebelum kalian diangkat menjadi Polisi."
"Benarkah Anda mengenal kami begitu lama?"
"Ya. Jujur saja. Aku yang merekomendasikan kalian untuk selalu bertugas di sekitar rumahku."
"Oh begitu. Sekali lagi terima kasih, Tuan."
"Untuk itu ... aku meminta tolong pada kalian."
"Kenapa harus meminta begitu. Sudah menjadi tugas kami melayani Anda."
"Ya, aku tahu itu. Tapi, ini di luar tugas rutin kalian."
Kedua Polisi itu saling lirik.
"Sebaiknya matikan dulu lentera yang kalian bawa."
Polisi itu pun menuruti perintah Walikota Valentjin.
"Aku ingin kalian mengantarkan ini pada seseorang." Valentjin menyodorkan amplop berwarna cokelat yang telah disegel.
"Pada siapa, Tuan?"
"Pada seseorang di penjara."
Kedua Polisi itu keheranan.
"Ya, kalian punya akses ke sana. Makanya aku meminta tolong pada kalian."
"Kami paham."
"Seseorang yang kalian tangkap sekitar seminggu yang lalu di tengah jalan raya."
"Raden Aditama ...."
"Ya, orang itu." Valentjin membenarkan sambil memberi sekantung uang pada 2 Polisi itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Manusia Api
ActionDarr ... Suara ledakan mengagetkan para pekerja pelabuhan sore itu. Syahbandar berlari ke arah ledakan, wajahnya menampakan kekagetan luar biasa. Bluurr ... Api menjalar ke setiap bagian kapal yang menjadi sumber suara ledakan. Semua orang yang be...