7

148 39 0
                                    

"Ayah?" Sophia heran dengan kedatangan Ayahnya saat malam-malam seperti ini.

Pria yang dipanggil "ayah" itu tersenyum. Walaupun senyumannya sulit terlihat karena perban masih membungkus wajahnya.

"Bisa kau buka jendela?" dengan suara berbisik pria itu berkata sambil menunjuk engsel jendela.

"Ya ya ya," Sophia membuka jendela dan udara malam pun masuk ke dalam kamar atau lebih tepat disebut bangsal karena ukurannya yang luas.

"Ayah merindukanmu, Nak."

"Aku juga rindu pada Ayah."

"Maaf kalau Ayah datang ke sini malam-malam dan mengganggu jam tidurmu."

"Aku belum tidur, Ayah."

"Apakah kamu tahu kalau Ayah akan datang?"

"Ya, sepertinya begitu."

Ayah dan anak itu saling tatap. Mereka saling melepas rasa rindu setelah beberapa hari tidak bertemu.

"Sebenarnya Ayah tidak diperbolehkan keluar Rumah Sakit. Dokter melarang Ayah untuk pergi kemana-mana."

"Tapi kenapa Ayah melanggar larangan Dokter?"

"Karena Ayah merindukanmu, Sayang."

Sophia tersenyum. Gadis 10 tahun itu merasa penasaran dengan perban yang melilit kepala Ayahnya. Sophia meletakan tangan mungilnya di wajah Ayahnya.

"Apakah Ayah sakit?"

"Tidak, setelah bertemu kamu rasa sakit yang Ayah rasakan jadi hilang."

"Ayah jadi susah melihat ya? Satu mata Ayah tertutup."

"Ya ... tapi nanti juga Ayah akan terbiasa."

Pria dengan wajah diperban itu masih bisa melihat jam dinding. Waktu hampir tengah malam dan dia tidak ingin anaknya kelelahan karena kurang tidur.

"Boleh Ayah memelukmu?"

"Ya, tentu saja."

Mereka saling berpelukan untuk beberapa saat. Pria itu pun mencium kening Sophia sebagai tanda perpisahan.

Sophia dan Ayahnya saling melambaikan tangan. Dalam keremangan cahaya Sophia masih bisa melihat Ayahnya. Pria itu berjalan menjauh hingga sampai di pinggir jalan.

Meskipun dengan suara pelan. Sophia masih mendengar percakapan Ayahnya ketika dihampiri oleh 2 orang yang sedang melintas.

"Selamat malam, Pak Polisi."

"Hei ... sedang apa kamu di sini?"

"Aku hanya berkunjung."

"Mengunjungi siapa?"

"Mengunjung anakku, Sophia."

Dua polisi itu mendekatkan lentera ke wajah pria yang dililit perban itu.

"Oo ... maaf. Anda ... Tuan Walikota.", Polisi itu mengenali sebagian  wajah pria itu setelah dia menyebutkan nama anaknya.

"Ya. Aku Valentjin. Kalian kaget dengan penampilanku?"

Dua Polisi itu tampak gugup.

"Bukankah Anda seharusnya di Rumah Sakit?"

Panca dan Manusia ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang