21

114 35 0
                                        

A Ling dan Pratiwi seperti teman yang sudah kenal lama. Baru 2 kali bertemu, mereka langsung akrab. Banyak hal yang mereka bicarakan sejak pagi sampai siang itu.

"A Ling, sebaiknya kau beritahu Ayah dan Ibumu. Aku tidak ingin kehadiranku hanya menjadi beban mereka berdua."

"Sudah, aku sudah bercerita tentang keberadaanmu di sini. Hanya saja, mereka masih belum siap bertemu denganmu. Merasa bersalah atas apa yang terjadi padamu."

"Bukankah aku sudah memaafkan kalian. Justru aku berterima kasih pada mereka karena sudah sudi menerimaku."

"Ya, nanti aku sampaikan."

A Ling beranjak keluar kamar dan bermaksud menuju dapur untuk membantu Ibunya memasak. Kegiatan rutin bagi pengusaha rumah makan dan penginapan. Meskipun hari itu sedikit pelanggan yang mampir, tetapi mempersiapkan makanan sudah menjadi keharusan.

Namun, A Ling dan Pratiwi mendengar suara keributan di luar kamar. Suara itu semakin jelas ketika A Ling membuka pintu.

"Dimana anakku?!", terdengar suara orang bertanya dengan nada tinggi.

Pratiwi mengenali suara itu.

"Ayah! Aku di sini!" Pratiwi berteriak memberitahu.

Orang yang tersulut emosi itu sampai di depan pintu. Dia berdiri mematung.

"Aku di sini ... jangan marahi mereka. Mereka baik padaku."

"Pratiwi, siapa yang sudah melakukan ini padamu?" seorang pria yang dipanggil Ayah itu menghampiri tempat tidur.

"Mereka. Mereka yang menyekapku."

"Lalu ... dimana Pranata?" pria lain yang menemaninya bertanya penasaran.

"Pranata ... aku tidak tahu dimana. Kita terpisah, Paman." Pratiwi memberi penjelasan.

Kedua pria itu memperhatikan keadaan Pratiwi yang menyedihkan. Gadis itu memperlihatkan wajah yang tegar di depan keluarganya. Dan, itu yang melegakan hati.

"Kakang Bakti, aku titip Pratiwi padamu. Aku ingin membuat perhitungan dengan mereka."

"Aditama, kau mau kemana?"

Lelaki itu pergi dengan terburu-buru tanpa menjawab pertanyaan Kakaknya.

Panca dan Manusia ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang