62

94 26 0
                                        

Dorrr ... !

Serdadu itu melepaskan tembakan. Kegelapan malam hanya membuat kesalahan sasaran bagi si penembak.

Tidak ada teriakan kesakitan.

"Ah!" serdadu itu kesal akan kegagalannya sendiri.

Tat tuk tak, suara derap langkah kuda menghampiri Si Penembak. Teman-temannya mencoba membantu menyergap buruannya.

"Tangkap mereka! Sebelah sana!"

Hanya butuh puluhan langkah untuk menghampiri tempat persembunyian buruan serdadu-serdadu itu. Tapi, hanya kegelapan yang mereka temukan.

Lentera diarahkan ke berbagai sudut reruntuhan gudang itu. Tidak ada tanda kehidupan.

"Hei! Apa yang kau tembak?" seorang serdadu marah-marah pada temannya.

"Sumpah! Aku melihat seekor kuda berdiri di sana!" Si Penembak membela diri.

"Ah!"

Serdadu-serdadu itu merasa kesal dengan kegagalan mereka. Kuda-kuda pun ikut berputar-putar, kebingungan dengan kelakuan majikannya.

"Kira-kira mereka siapa?"

"Mungkin sekali mereka orang-orang yang kita cari."

"Apalagi yang akan mereka lakukan?"

Serdadu-serdadu itu terus mengitari pelabuhan. Mereka berharap ada petunjuk untuk menemukan buruannya.

"Hei! Lihatlah ... di sana ada kebakaran!", salah seorang dari mereka berteriak.

"Mungkinkah itu ulah mereka?"

"Ya ... aku juga berpikir begitu!" serdadu lainnya menyahut.

Dari kejauhan, terlihat kobaran api yang membakar sebuah gedung. Bagi para serdadu itu, itu adalah pemandangan yang kesekian kalinya. Tidak disangka, Batavia kembali mengalami kebakaran. Dan, mereka merasa kecolongan karena penjagaan dilakukan begitu ketat. Batavia yang luas tidak bisa diamankan oleh pria-pria berseragam itu.

"Ayo ke sana!"

Panca dan Manusia ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang