46

74 24 0
                                    

"A Ling!"

Raden Panca memanggil A Ling yang baru keluar dari Bank Batavia. Wajahnya menampakan kebingungan. Teriakan orang yang memanggilnya pun tidak dihiraukan.

"A Ling ... kenapa? Kau nampak bingung?", Raden Panca menghampiri A Ling lebih dekat.

"Panca ... ya aku kebingungan."

"Memangnya ada apa? Bank ini kok jadi ramai?"

A Ling baru menyadari jika Bank itu semakin banyak dikunjungi orang. Mereka datang berduyun-duyun seperti punya kepentingan yang sama. Orang mulai berdesakan untuk masuk ke dalam Bank.

"Sebenarnya apa yang terjadi, A Ling?"

"Bank menawarkan pinjaman tanpa jaminan pada yang terkena musibah kebakaran."

"Apakah mereka juga mengalami musibah yang sama?"

"Mungkin."

Raden Panca merasa penasaran dengan kerumunan yang tidak pernah dilihatnya. Dia pun bertanya pada seorang pengunjung yang tidak bisa masuk karena ruang tunggu sudah penuh.

"Paman, apakah Paman juga mendapat surat tawaran dari Bank?"

"Ya."

"Rumah Paman kebakaran?"

"Ya, rumah dan toko saya kebakaran."

"Oh."

"Bagaimana kau tahu, Nak?"

"Teman saya juga mendapatkan tawaran pinjaman."

A Ling menunjukan amplop yang dipegangnya. Gadis itu menganggukan kepala. 

***

Untuk mencari udara segar, A Ling dan Raden Panca menjauh dari kerumunan. Mereka berdua berteduh di bawah pohon sambil membicarakan apa yang baru saja terjadi.

"Aneh, kenapa begitu banyak nasabah Bank yang datang di hari yang sama ...."

"Mungkin mereka mendapat surat yang sama dan waktu yang telah ditentukan."

"Mereka ... sama-sama korban kebakaran."

"Ya, bisa dimengerti. Karena Batavia mengalami banyak kebakaran akhir-akhir ini."

"Apa?"

"Kenapa kau nampak kaget?"

"Aku hanya merasa ... ini bukan kebetulan."

Panca dan Manusia ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang