66

99 27 0
                                    

"Valentjin! Menyerahlah!" tidak dinyana banyak polisi serta serdadu yang datang ketika Valentjin hampir saja menyelesaikan urusannya.

"Aha! Kau Kepala Polisi ... ada apa denganmu?"  Valentjin terheran-heran dengan banyaknya pasukan yang dibawa Kepala Polisi.

Sebagian prajurit menunggang kuda dan sebagian lainnya berjalan kaki. Dari hembusan nafasnya, sangat terdengar jika mereka kelelahan sekaligus bersemangat untuk menjalankan tugas.

"Kami sudah membekukan aset Bank Batavia untuk mempermudah penyelidikan."

"Apa maksudmu?"

"Kami tahu, kau pemilik saham terbanyak di Bank Batavia. Dan ... hari ini kau terbukti melakukan pembakaran."

"Lalu?"

"Kau ditahan karena dianggap melakukan makar, penipuan, pembakaran dan pembunuhan!"

"Kau meracau!"

"Kami cukup bukti untuk menyeretmu ke Pengadilan!" teriakan Kepala Polisi terdengar jelas. Sekaligus menjelaskan hubungan Valentjin dengan Bank Batavia dan semua kebakaran di kota itu.

"Kau bohong ... kau tidak punya bukti!"

"Justru kau yang berbohong. Kau menyebarkan isu jika Batavia diserang musuh. Padahal kau sendiri yang membakar Pelabuhan dan rumah-rumah warga."

"Omong kosong!"

"Kau membuat alibi seakan kau adalah korban kebakaran itu. Kau berani mengorbankan kapal milikmu dengan memasanginya mesiu-mesiu yang bisa meledak dan menghancurkan Pelabuhan. Kami tahu darimana bubuk mesitu itu dan kapan kau memasangnya!"

"Hahaha ... kau mengarang cerita!"

"Justru kau yang mengarang cerita. Kau sendiri yang menyuruh orang untuk membunuh Syahbandar di depan umum.  Padahal Syahbandar adalah saksi kunci. Kau cerdas. Kau menyuruh orang  yang bukan penduduk Batavia agar mengira mereka adalah musuh dari luar!"

"Lihatlah diriku! Wajahku rusak karena terbakar, istriku meninggal, rumahku hangus ...."

"Itulah yang membuat kami terkecoh. Karena kami mengira kau hanya korban. Tapi, itu kasus yang terpisah."

"Apakah ini semua tentang balas dendam karena apa yang menimpa dirimu?", Raden Aditama menimpali.

"Bukan! Ini tentang bisnis!" Kepala Polisi menjelaskan. "Dia ingin menghancurkan kota ini. Kemudian dia memberi utang melalui Bank Batavia orang-orang yang hartanya raib karena kebakaran."

"Kau ingin menguasai jiwanya ...," Raden Aditama menyimpulkan.

Untuk beberapa saat tidak ada lagi kata yang terucap dari mereka yang ada di sana. Semuanya diam untuk mencerna cerita yang dibeberkan Kepala Polisi.

"Tuan ... kau hancurkan sendi kehidupan Batavia. Kemudian secara diam-diam kau masih bisa menguasainya walaupun nanti kau sudah tidak lagi menjabat sebagai Walikota." Panca mencoba buka suara.

"Hahaha ... kau cerdas anak muda ... hahahaha ...," Valentjin tertawa keras. Semua orang hanya melihat dirinya yang terpojok dan tidak sanggup mengelak.

Senapan sudah siap untuk ditembakkan. Tidak ada jalan untuk kabur.

Tubuh pria berjubah dan bertopi itu berjalan beberapa langkah diantara kayu kuda-kuda atap. Dia terhuyung ... dan ... kaki kanannya salah melangkah. Dia terpeleset atau mungkin sengaja menjatuhkan diri ke kobaran api di bawah bangunan. Bluurrr ...

"Tangkap dia!" Kepala Polisi memberikan perintah. Pasukan bergerak masuk ke bangunan yang terbakar.

Mereka tidak memikirkan panasnya api demi mendapatkan buruannya. Satu sama lain saling melindungi, walaupun ...

"Dia hilang!"

Panca dan Manusia ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang