Pranata makan dengan lahapnya. Sudah beberapa hari ini dia tidak mendapatkan makanan seenak kali ini. Badannya yang tambun memang membutuhkan banyak asupan makanan karena kebutuhannya berbeda dengan anak-anak lain seumurnya.
"Bisakah kau makan pelan-pelan saja, Nak."
"Iya, Tuan. Maaf."
Seorang pria memperhatikan dengan wajah kasihan sekaligus senang melihat seorang anak terlantar makan di kediamannya. Cara anak itu makan memang berbeda dengan anak Eropa yang sering ditemuinya. Pranata makan di lantai, dengan kaki ditekuk.
"Bila selesai makan, boleh kan aku bertanya padamu?"
"Tentu, Tuan."
Suapan terakhir Pranata diakhiri dengan sendawa yang membuat pria di depannya tertawa. Pranata tersipu malu dengan kelakuannya sendiri.
"Maaf, Tuan."
"Tidak apa-apa, aku mengerti pada kondisimu," pria itu tersenyum pada kepolosan Pranata.
"Silakan Tuan, jika Tuan mau bertanya."
"Hmmm ... aku hanya ingin tahu bagaimana kau bisa tertidur di serambi Gereja?"
"Gereja?"
"Ya, Nak. Bangunan ini namanya Gereja. Kau belum pernah melihatnya?"
"Ya, saya tidak tahu ini bangunan apa."
"Ini Rumah Tuhan, Nak."
"Y ...."
"Nanti juga kau mengerti. Aku tidak akan menjelaskannya. Biar saja kau mengenali kami secara perlahan. ... T, kau belum menjawab pertanyaanku."
"Ya ya, saya disekap oleh orang-orang yang tidak saya kenal di sebuah gudang."
"Di pelabuhan?"
"Ya, Tuan."
"Kasihan sekali kau, Nak."
"Tapi ... semalam gudang itu hampir terbakar karena kapal-kapal di dermaga terbakar."
"Kemudian ...."
"Orang-orang itu mengejar saya ...."
Pria itu mendekati Pranata. Dia mengelus kepala anak itu. Memeluknya.
"Kau aman di sini."
"Terima kasih, Tuan. Tapi, aku ingin pulang ke rumah."
"Memangnya rumahmu dimana?"
"Di Desa Pujasari."
"Jauh sekali, Nak. Sebaiknya kau jangan pulang sendirian. Aku berjanji akan mengantarmu. Tapi nanti siang."
"Terima kasih, Tuan."
"Untuk pagi ini, kau tinggal dulu di sini. Kau boleh meneruskan tidurmu. Sepertinya kau sangat kelelahan."
"Terima kasih, Tuan."
Pria itu tersenyum. Dia bangkit berdiri kemudian keluar ruangan penuh makanan itu.
"Atau, kau boleh mengambil makanan yang tersedia di sini. Semaumu. Aku akan ke depan ... para jemaat sudah menunggu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Manusia Api
ActionDarr ... Suara ledakan mengagetkan para pekerja pelabuhan sore itu. Syahbandar berlari ke arah ledakan, wajahnya menampakan kekagetan luar biasa. Bluurr ... Api menjalar ke setiap bagian kapal yang menjadi sumber suara ledakan. Semua orang yang be...