2

6.6K 138 4
                                    

🍁

"Call, malem jalan yuk." Ajak Joanna kepala genk Callie CS sekaligus sahabat dekat Callie 2 tahun terakhir ini.

"Kemana?" Jawab Callie malas.

"Nongkrong, kan Ladies night."

"Ntar gw info ya. Rada males sih. Tugas seabrek gini." Kata Callie seraya mengeluarkan buku dari dalam tas nya.

"Justru itu, refreshing Call. Ntar lo keriputan loh stress gara-gara tugas."

"Mau Kemana emang?"

"SKYE.. yuk. Ok?"

"Siapa aja?"

"Ya Tuhan. Bawel amat, kayak emak gw ya."

"Males gw kalo ada yang gak gw kenal."

"Gw, Gianna, Trixie, lo. Puas?" Jawab Joanna kesal.

"Okay. Okay angry bird." Callie mengendus.

"Yes! See u tonight. Nerd."

"Sialan lo." Callie mendorong lengan Gadis berambut blonde sebahu itu.

🍁🍁

"Lama banget, Call."

"Sorry-sorry. Gw ketiduran."

Joanna memutar matanya.

Jelas saja, Callie selalu datang telat setiap mereka janjian jalan.

Meskipun sikap Callie yang tertutup dan cendrung lebih suka menyendiri, Tidak membuat Joanna kapok berteman dengan gadis berambut coklat dan berkulit putih bersih itu.

Karena dibalik sikap Callie yang aneh dan penyendiri itu. Joanna tau, Callie gadis yang baik.

"Trixie sama Gianna mana?"

"Ke toilet."

"Pesan minum gih, mau minum apa?"

"Cosmopolitan deh."

Joanna menjentikkan tangan nya keatas dan beberapa saat waitress datang.

"Cosmopolitan satu ya."

Lalu waitress itu berlalu pergi.

"Eh, Call. Lo tau Sean kan?"

"Sean? Gak. Kenapa?"

"Ya Lord. Sean itu temen kita satu kelas loh. Kok lo bisa gak tau?"

"Ya, gak harus tau kan? Inti nya kenapa, Joanna?"

"Dia whatapp gw, nanyain lo."

"Umm." Callie mengangguk terlihat tidak tertarik.

"Kok cuma gitu tanggapan nya?"

"Ya. Ya. Terus?"

"Nah. Gw bilang malam ini kita mau nongkrong disini. Dan.. dia mau nyamperin."

"Dohh... Males gw, Jo. Gw gak kenal."

"Karena itu ada yang namanya kenalan. Lo tau gak guna nya orang kenalan Callie Zevanna? Dohh.. ini anak." Ujar Joanna kesal.

"Males. Gak mood kenal-kenalan."

"Cuma kenalan, Call. Bukan nya jadian. Ya? Ya?"

"Liat nanti. Kalo gw males, gw cabut duluan ya."

"Paling gak Liat dulu aja deh orang nya, Call. Ganteng loh. Nyesel lo gak kenalan sama dia."

"Gw gak cari cowok ganteng."

"Jadi? Yang jelek?"

"Gak juga. Cuma ya, gak deh."

"Nerd."

Callie hanya memutar bola mata nya melihat Joanna mulai kesal.

Beberapa saat, Trixie dan Gianna sudah kembali dari toilet.

"Lama amet lo pada." Celetuk Joanna.

"Biasa... benerin dandanan."Jawab Trixie terkekeh.

"Ehh.. itu genk nya Sean kan?" Kata Gianna menunjuk kearah pintu.

"Eh, udah dateng." Ujar Joanna seraya melambaikan tangan kearah 3 cowok yang baru saja sampai diambang pintu itu.

"Malam angel's" sapa Sean tersenyum manis.

Trixie, Gianna juga Joanna tersenyum menyambut ke-3 cowok itu.

Callie hanya diam sambil menikmati cocktail nya.

"Call. Ini Sean." Kata Joanna memperkenalkan.

"Umm." Callie hanya mengangguk.

"Hai, Callie."

"Ini Roman dan Arthur." Sean mengenalkan.

Roman cepat mengangkat tangan hendak menjabat tangan Callie.

Tapi Callie hanya mengangguk seadanya.
Membuat Roman menurunkan tangan nya dengan kikuk.

Dan Arthur bersikap biasa saja tanpa ada keinginan untuk menjabat tangan gadis angkuh itu.

"Gw cabut duluan ya, guys." Akhirnya Callie berdiri dan menarik tas nya.

"Duduk dulu lah, Call. Mereka kan baru gabung." Joanna menahan lengan Callie.

"Gw ngantuk, Jo. Besok harus kuliah pagi." Callie berbohong.

"10 menit. Janji. Ok?"

"Ya." Akhirnya Callie menyerah, dan Joanna menyunggingkan cengir kuda nya.

"Art, lo udah gak gabung di team basket ya?" Tanya Trixie akhirnya membuka percakapan.

"Ya." Jawab Arthur cuek.

"Kenapa?" Tanya Trixie lagi, yang gak peka sama sikap ketus Arthur.

"Harus tau ya?" Arthur mengendus ketus.

Melihat sikap Arthur menarik sedikit perhatian Callie.

"Cuma nanya sih." Kata Trixie menahan malu.

"Berarti gak harus dijawab kan?" Lagi jawab Arthur dengan nada yang masih ketus.

"Eh, mau turun ke floor gak?" Akhirnya Sean menawarkan, demi menjaga ketentraman bersama.

"Boleh, yuk." Kata Joanna menarik tangan Callie.

Callie yang awalnya mau balik, akhirnya nurut saja mengikuti kemauan Joanna.

Lebih baik dance daripada harus duduk basa basi sama orang yang baru dia kenal. Pikir Callie.

Masing-masing dari mereka sudah asik bergoyang di dance floor, kecuali Arthur.

Yang hanya sibuk memainkan ponselnya tanpa mempedulikan kenyataan bahwa sekarang dia hanya sendirian dimeja itu.

Dari sela-sela puluhan orang yang berjoget, mata Callie memperhatikan Arthur.

Satu-satu nya cowok dua tahun terakhir yang tanpa sadar dia tau tidak mengubris kehadiran nya.

Beda sama teman-teman nya atau kebanyakan cowok dikampus yang suka besiul atau berdehem ketika Callie lewat.

-TH-

LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang