16

3.7K 109 11
                                    

🍁

"Siap?" Callie mencoba mengatur napas nya seraya memperhatikan wajah tampan Arthur yang terlihat tegang dan kikuk.

"Just say it."

"Ok."
"1. Kita cuma sekedar partner sex, jadi segala sesuatu yang terjadi diantara kita hanya tentang kegiatan sex. Tidak ada embel-embel apapun, perasaan, ikatan, ikut campur kehidupan masing-masing dari kita atau apapun itu. Apapun." Ucap Callie seraya memperhatikan ekspresi Arthur yang masih diam menatap jarinya yang memintal asal.

"2. Saat gw pengen, lo harus siap. Dan sebaliknya. Anytime, anywhere." Lanjut Callie, masih dengan tatapan meneliti nya.

"Anytime? Anywhere? Are you Kidding me?" Mata Arthur membulat dan mulutnya setengah terbuka.

"Madsud gw, anytime itu pas lagi malem, siang, sore, jadi gak ada ketetapan jadwal pasti, kayak harus malam aja atau siang aja. Paham?"

"Terus, anywhere?" Tanya Arthur dengan nada yang lebih santai sekarang.

"Mungkin Dimobil, kost'an lo, kost'an gw, hotel mungkin."

"Lo maniac?"

"Itu fantasi, Art. Bukan maniac, please!"

Arthur hanya bisa menggeleng mendengar penjelasan gila gadis itu.

"Lanjutin ya, ke- 3. Gw gak mau kissing."

"Lo mau nge'sex tapi gak mau kissing? What another joke, ha?"

"Ya gw cuma gak mau aja. Ada alasan kenapa gw gak mau, dan itu privacy."

"Really? Lo harus kasih tau alasan nya, atau kesepakatan kita batal."

"Gw udah bilang itu privacy, Art."

"Nope, gw mau tau."

"Ergh! Fine. Entahlah, gw cuma ngerasa ciuman itu sesuatu yang intim."

"Intim? Lo gak bercanda kan? Dan ng'sex gak lebih intim dari sekedar ciuman?"

Lagi-lagi, Arthur menggeleng tak percaya mendengar penjelasan tidak masuk akal Callie.

"Bagi gw kissing lebih intim, dari pada sex. Menurut orang lain, gak. I don't care, ini tentang gw."

"Dan gw udah pernah cium lo, kalo lo gak lupa."

"Gw anggap itu ketidak sengajaan, dan tolong gak usah dibahas lagi. Ok?"

Arthur hanya mengangguk lemah dan menutup mata berusaha memahami apa yang sebenarnya Callie mau dari kesepakatan ini.

"Ke-4. Selalu pakai kondom, dan itu tugas lo buat beli dan sediain. Juga masing-masing kita wajib menjaga kebersihan diri dan dilarang keras berhubungan dengan cowok/cewek lain selama kesepakatan ini."

Arthur masih terdiam dan hanya mengangguk pelan seakan menyanggupi.

"Ke- 5 dan terakhir. Gw mau sex yang keras dan kasar."

"APA?! Lo psikopat?!"
Mata Arthur sontak terbuka dan membulat.

"Gw punya alasan, dan untuk yang terakhir gw gak bakal kasi tau lo apa alasan nya, demi apapun gak akan. Lo punya syarat atau detail yang kira-kira lo mau gak?"

"Kesepakatan ini batal, kalo?"

Semakin lama kesepakatan ini terdengar makin tidak masuk akal bagi Arthur.

"Kalo salah satu dari kita mulai terbawa perasaan, kalo salah satu dari kita ketahuan nge'sex sama orang lain."

"Dan berapa lama?"

"3 bulan? 6 bulan?" Callie menyarankan.

"3 bulan." Arthur memutuskan.

"Ok, 3 bulan" Callie mengulurkan tangan.

"Ya." Arthur menyambut tangan Callie lemah.

"Sudah? kalo gitu gw balik." Arthur hendak berdiri dan Callie menahan lengan Arthur.

Mata Arthur bertemu dengan mata Callie, Arthur baru tersadar setelah beberapa kali pertemuan mereka, baru kali ini Arthur benar-benar menatap wajah cantik Callie, manik mata nya yang berwarna biru cerah membuat Arthur tersihir.

"Ada yang lain?" Tanya Arthur mengalihkan pandangan nya dari wajah Callie ke tangan Callie yang berada dilengan nya.

"Gw mau lo, sekarang."

"Sekarang?!"

-TH-

LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang