76

2.6K 89 5
                                    


Happy Valentine everyone!🥰
Harusnya aku update hari senin besok.
Tapi ini Special update di hari kasih sayang.
So, happy reading❤️

🍁

Callie menarik kancing celana Arthur, menariknya ke bawah.
Lalu menarik rok mini nya keatas pahanya.

"Stop!" Ucap Arthur terengah saat Callie menarik kekerasan Arthur keluar dari boxer hitam nya.

"Art.. please." Callie memohon.

"No! stop!" Arthur menahan pinggang Callie yang mulai bergerak hendak membungkus kekerasan Arthur diantara paha nya.

Beberapa saat hanya hening yang mengisi kekosongan diantara mereka.

Callie menatap ke wajah Arthur tapi cowok itu mengalihkan pandangan nya.

Rasa nyeri menyelinap di hati Callie.
Rasa yang dia tau sudah mulai mendiami hati nya, Yang dia sadar sudah diluar batas yang seharusnya.

Callie memindahkan dirinya dari pangkuan Arthur dan duduk disisi sofa itu.

"Lo udah gak mau gw ya?" Akhirnya Callie berani menanyakan hal itu.

"Gak."

"Terus kenapa nolak gw? Gw gak pernah nolak lo, semarah apapun gw sama lo." Callie tidak peduli jika sekarang dia terdengar seperti merengek.

"Gw gak bawa kondom." Kata Arthur Akhirnya.

"Gw gak peduli." Jawab Callie cepat.

Rasa lega mengisi dada Callie mendengar alasan cowok itu.
Callie menarik wajah Arthur dan
menabrakan bibirnya ke bibir Arthur.

Arthur menyambut ciuman penuh gairah Callie dengan sigap.
Mengantarkan kelegaan yang luar biasa pada Callie.

Arthur menarik tubuh Callie kembali keatas pangkuan nya membawa gadis itu keatas ranjang dengan posisi Callie tetap dalam pangkuan nya.

Lalu menarik pinggang Callie sedikit ke atas, jari nya menarik g-string milik Callie dan mengarahkan kekerasan nya pada bagian tengah tubuh Callie.

"Mpphh..." Callie menelan desahan nya.

Callie bergerak maju mundur, menekan dirinya pada kekerasan Arthur yang sudah mengisi penuh inti dirinya.

Tangan Arthur menekan pinggul Callie, pinggul mereka bergerak seirama.
Membawa mereka semakin menyatu.

Mata Arthur dan Callie saling beradu pandang dengan tatapan nanar.
Ruangan itu di penuhi dengan gairah yang membara.

Beberapa saat.

"I'll coming." Arthur meracau.

"Umphh... ahhh." Callie hanya mengangguk.

"Geser, hurry.." perintah Arthur.

Callie menggeleng dan semakin intens bergerak liar diatas kekerasan Arthur.

"Fvck!" Umpat Arthur dan akhirnya menumpahkan cairan panas nya kedalam inti tubuh Callie.

Callie tetap bergerak liar; Tubuh nya bergetar hebat. Paha nya menegang.
Beberapa saat Callie sampai pada puncak kenikmat nya.

Membuat tubuhnya roboh diatas dada Arthur yang juga masih terengah.

Callie menarik diri dari Arthur, lalu berbaring memunggungi tubuh penuh keringat Arthur.

Beberapa saat setelah napas mereka kembali normal.

"Lo gila?!" Endus Arthur.

Callie hanya terdiam.

Rasa pilu dihati nya memuncah.
Membuat airmata menggenang disudut mata nya.

"Gw gak percaya lo bakal seceroboh itu. Shit!" Arthur terdengar kesal.

Kesedihan memenuhi Callie sekarang.
Jelas barusan Callie terbawa perasaan.

Perasaan yang tidak pernah mau dia miliki lagi didalam hidupnya itu berhasil bangkit dan begitu kuat.
Dan Pria disamping nya itu lah penyebab nya.

"Kita akhirin aja kesepakatan nya.." akhirnya Callie berucap.

"Apa?!"

"Lo denger gw.." Ucap Callie setenang mungkin.

Tangan nya sibuk mengusap airmata yang terlanjur membasahi pipinya.

"Gara-gara dia?" Nada Arthur terdengar kecewa sekaligus rapuh.

"Gak. Lo gila?!"
Callie tidak percaya Arthur bakal berpikir Demikian.

"Really? Whatever!" Ucap Arthur dan segera beranjak dari tempat tidur itu.

"Art..." panggil Callie.
Suara nya sarat dengan kesedihan.

Arthur tetap berdiri tanpa menghiraukan panggilan Callie.

"Art..." Sekali lagi Callie memanggil.
Tapi kali ini dibarengi dengan isakan.

Membuat langkah Arthur terhenti.

"Hmm?" Akhirnya Arthur menjawab.

"Gak papa. Gw cuma seneng manggil nama lo.." ucap Callie.
Berusaha menelan kesedihan nya.

"Gw cabut." Ujar Arthur.

"Mau kemana?"

"Kemana aja. Lo tidur aja disini malam ini."

"Boleh gak kalo malam ini lo stay bareng gw? For the last?" Tanya Callie.

"Gak." Jawab Arthur cepat, dan segera membawa kaki nya menjauhi ruangan itu.

"Please..." ujar Callie.

Tangisan sudah mengambil alih dirinya.

Sampai dia tidak peduli jika harus menangis terisak didepan cowok yang akan segera pergi dari hidupnya itu.

Beberapa saat Arthur membeku dalam diam.

Permintaan Callie Untuk mengakhiri perjanjian mereka membuat hati Arthur seperti di pukul ribuan ton batu dan menyisakan lubang besar dihati nya.

Pergi, jelas itu yang terbaik yang bisa Arthur lakukan.
Dia butuh sesuatu untuk melampiaskan rasa marah nya.
Rasa Kehilangan nya.

"Art...." panggil Callie lagi.
"Please.." tambahnya.

Setelah berkali-kali Arthur menarik napas panjang, berharap rasa perih itu pergi walau hanya sedikit saja.
Tapi gagal. Jelas gagal.

Karena rasa perih itu sudah menusuk hati nya begitu dalam.
Terlalu dalam.
Dan tentu akan menyisakan luka untuk waktu yang lama.

-TH-

LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang