74

2.2K 89 6
                                    

🍁

Jace terdiam beberapa saat, mencoba mencari kata.
Mata nya tetap menatap wajah Callie intens.

"But.. i was the first who take your virginity." Akhir nya Jace membuka mulut nya.

Membuat Callie menoleh dan membulatkan mata nya.

Dia tidak percaya Jace berani membahas masalah itu dengan mulut kotor nya.

Mulut yang begitu manis bagi Callie, dulu.
Tapi mulut itu juga yang berucap janji dan mengingkari nya.

"Shut your mouth! Lo kira lo pantas bahas masalah itu?!" Kemarahan memenuhi dada Callie.

Callie meronta menarik pergelangan tangan nya dari genggaman Jace.

Jace menahan tangan Callie erat.

"Call.. please. Aku tidak bermadsud untuk membahas hal itu. Please, Call.. i'm so sorry. Please." Jace coba menenangkan Callie.
Tapi Callie tetap berkeras menarik tangan nya.

Jace kehabisan akal, Jace menabrakan bibir nya pada bibir Callie.
Mencium nya serampangan.
Callie menutup rapat mulutnya.
Airmata berhasil jatuh dari mata Callie.

Bukan karena perasaan nya pada Jace, tapi karena kemarahan nya dan merasa jijik atas ciuman Jace barusan.

"Please, Call. Cium aku." Mohon Jace.

"No!" Teriak Callie dengan bibir berkatup.

Sesaat Callie merasakan hilang nya kontak bibir Jace.

Ternyata Tangan seseorang menarik kerah belakang baju Jace, dan melayangkan tinjuan nya pada rahang Jace, Membuat Jace tersungkur di lantai.

Callie tersentak kaget, dan membeku ketika melihat Orang itu adalah Arthur.

Arthur menatap Jace dengan tatapan membunuh, dada nya naik turun, napasnya memburu cepat.
Tangan nya mengepal disamping tubuhnya.

Arthur bergerak maju, seraya menarik kerah Jace dan sekali lagi memukul Jace tepat dimata nya.

Membuat Jace merintih kesakitan dan tersungkur lagi ke lantai.
SeKetika membuat kesadaran Callie kembali setelah mendengar suara rintihan Jace.

"Art. Stop!! Please!" Teriak Callie.
Callie menarik lengan Arthur, dan Arthur menepis tangan Callie kasar.

Arthur menatap tajam ke arah Callie, memperingatkan.
Membuat Callie bergidik ngeri.

Belum pernah Callie melihat tatapan seperti itu dari Arthur, tatapan seperti seorang yang siap membunuh apapun atau siapapun kapan saja.

Meskipun tidak yakin, tapi Callie sekali lagi mencoba menarik lengan Arthur yang bergerak hendak memukul Jace yang sedang berusaha berdiri.

"Art!! Please. Please.. Stop!!" Teriak Callie.

Disana hanya ada mereka bertiga, dan music di bar itu begitu keras.
Hingga keributan itu untung nya tidak menarik perhatian pengunjung lain.

"Lepas!!" Bentak Arthur pada Callie seraya menatap mata Callie dengan tajam.

Tatapan yang Callie tau, bukan seperti Arthur.
Meskipun pada saat mereka bertengkar di Club malam di Jakarta tempo hari.

Tidak seperti malam ini.
Arthur saat ini bukan cowok yang Callie kenal.

Jace akhirnya berhasil berdiri.
Arthur menggenggam kerah baju Jace, membuat Jace sedikit terseret, wajah Jace dan Arthur berjarak 10 cm.

"Apa yang kamu mau? Jangan ikut campur urusan aku sama pacar ku." Ucap Jace seraya menahan rintihan karena bibirnya yang berdarah.

"Pacar lo? Dia bukan pacar lo!" Endus Arthur dengan rahang mengeras.

"Dia akan segera jadi pacar aku. Dan kamu siapa?" Ucap Jace yang terlihat bingung.

"Bukan urusan lo. Yang perlu lo ingat, cuma 1. Jangan pernah cari Callie lagi!" Bentak Arthur.

"Sorry. Itu bukan urusan kamu. Ini tentang aku dan Callie. Hanya kami." Jace terdengar menantang.

Arthur membanting Jace hingga tersungkur kembali ke lantai.
Membuat Callie meloncat kaget.

"Art!! Stop it. Please! Lo bisa bunuh dia!" Teriak Callie.

Callie berharap saat ini ada siapa saja yang bisa menghentikan Arthur.

"Art! Please.." lagi ujar Callie, nada nya penuh dengan rasa ngeri dan ada isakan disana.

Bukan untuk rasa kasihan nya pada Jace, tapi untuk ketakutan yang dirasakan nya pada Arthur.

"Say thanks to Callie, kalo gak Gw bakal bunuh lo." Ucap Arthur, pembuluh darah tampak tegang dilehernya.

"Hey, you can't..." ujar Jace menatap Arthur.

"Try. Me." Ucap Arthur dengan nada pelan tapi penuh penekanan.

Membuat Jace menutup mulutnya.

Syukurlah.

Arthur berlalu pergi meninggalkan Jace yang masih tersungkur dilantai dan Callie yang terdiam di sisi dinding.

Sedikit brutal ya, so..
1 kata buat Arthur?
1 kata buat Callie?
1 kata buat Jace?
Waktu dan tempat dipersilahkan 😊

-TH-

LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang