20

3.7K 105 1
                                    

🍁

2 jam bukan waktu yang lama untuk sampai di puncak.
Tapi itu terasa begitu lama untuk Callie.

Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan Callie terhimpit diantara Arthur dan Trixie.

"Yey. Akhirnya sampai." Kata Trixie sambil merenggangkan badan nya.

"Duh, lo tidur pules banget. Sampe encok pinggang gw lo sanderin." Protes Callie.

"Sorry, sorry. Tadi gw minum obat anti mabok." Trixie tersenyum tidak enak.

"Mabok alkohol lo tahan, mabok darat gak. Bisa ya gitu?" Tanya Callie.

"Gw kan unik." Trixie membela diri.

"Welcome to the Nerd club kalo gitu, akhirnya gw punya member baru." Callie terkekeh.

"Buruan, masuk guys. Dingin nih." Kata Gianna seraya berlalu diantara Trixie dan Callie.

Kami berempat sudah masuk, Sean and the genk tengah sibuk membawa tas-tas kami.

"Okay. Kamar nya ada 5. Gw sama Callie, Gianna sama Trixie, lo pada masing-masing 1 kamar apa gimana?" Tanya Joanna.

"Gimana kalo mereka bertiga 1 kamar, kita cewek masing-masing 1 kamar. Setuju?" Callie menyarankan.

"Atau gw sama Gianna satu kamar. Lo pada masing-masing kamar sendiri." Celoteh Roman.

"Enak aja lo. Enak di lo, gak enak di kita." Joanna menimpal.

"Apapun deh; gw minta kamar sendiri ya. Gw gak suka berbagi kamar, Jo. Boleh ya? Please. Please." Callie memasang wajah memelas nya.

"Lah. Terus masa gw tidur sendiri, Call. Tega amat."

"Ya udah deh. Lo atur. " Callie memutar bola matanya menyerah.

"Ya udah gini aja deh. Kembali ke plan awal ya. Gw sama Callie, Trixie sama Gianna. Dan cowok-cowok kamar masing-masing ya."

"Oke. Deal." Sahut Roman senang.

"Siapa nih yang dilantai 2, ada 2 kamar." Tanya Gianna.

"Gw diatas." Akhirnya Arthur membuka suara.

"Ok, satu lagi?" Tanya Joanna.

"Roman?" Sean menawarkan.

"Okay. Gw dilantai 2." Jawab Roman.

"Oke. Silahkan masuk kamar masing-masing dan acara pertama diadain 1 jam lagi ya." Joanna mengumumkan.

Setelah didalam kamar, Callie merentangkan pinggang nya yang hampir copot selama perjalanan pagi tadi.

"Acara apa 1 jam lagi, jo?"

"Makan siang."

"Harus gitu makan siang pada ngumpul, kan bisa makan sendiri-sendiri."

"Ini kan lagi rame-rame, Call. Masa iya mau makan sendiri-sendiri."

"Gw gak ikut deh. Lo pada aja ya. Gw ngantuk. Sakit nih pinggang gara-gara Trixie tidurnya nyandar ke gw."

"Lah, lo gak makan?"

"Kan bisa bungkusin, Jo. Yayaya?"

"Ih. Lo gak asik deh. Gw kayak bawa nenek-nenek aja."

"Makasih, Jojoku cintaku."

"Ya."

Beberapa saat berbaring, akhirnya Callie terlelap.
Hawa puncak yang dingin membuat tubuh Callie relax.

Arthur

"Bro.." tok. Tok."

"Art.." tok. Tok.

Suara Roman dibalik pintu.

"Ya. Coming." Suara parau Arthur terdengar rendah.

"Lo gak ikut?"

"Kemana?"

"Makan."

"Gak deh; bungkusin aja ya. Gw ngantuk" kata Arthur sambil mengucek mata nya.

"Ya udah. Ntar di bungkusin. Gw cabut ya."

"Yoa. Hati-hati." Arthur kembali keranjang nya.

Tapi ternyata lelap tidak rela menunggu.

Arthur terjaga membuat lamunan Arthur berkelana.

Ke saat Callie dan Sean berbincang cukup akrab.

"Ternyata dia sama seperti gadis-gadis lain. Mudah didekati, mudah menyukai perhatian pria-pria. Murahan." Batin Arthur.

Beberapa saat, Arthur memutuskan turun kelantai 1.

Hanya ada dia seorang diri, Arthur merebahkan tubuhnya pada sofa besar diruang tv.

Tangan nya sibuk memencet remote mencari siaran TV yang menarik. Sampai pilihan nya jatuh pada Film Fifty Shade of Grey.

Melihat film itu mengingatkan Arthur pada isi kesepakatan nya dengan Callie.
"Bercinta dengan keras dan kasar."

Arthur menggeleng, "dasar psikopat." Dia berkata pelan.

Callie

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang saat Callie terkejut bangun dari tidurnya.
Tanpa terasa, sudah hampir 2 jam Callie tertidur.

Suasana Villa itu terlihat sepi, seperti semua orang sedang pergi sekarang.

Callie memutuskan mandi, demi melepas pengar pada tubuhnya.

Cuaca dingin, dan pancuran air hangat. Perfect match.

Setelah mandi, Callie mencari-cari hair dryer di dalam tas miliknya.

"Perasaan udah gw masukin, duh, dimana coba."

Callie membuka tas makeup Joanna dan seperti nya Joanna juga gak bawa hairdryer.

"Mungkin Trixie bawa kali ya, gw ambil aja deh di tas nya."

Callie bergegas menuju kekamar Trixie hanya dengan handuk menutupi sepertempat tubuhnya tanpa memperhatikan Arthur yang sedang asik menonton di sofa seberang kamar Callie.

Setelah mendapatkan apa yang Callie mau, dia kembali kekamar nya sampai langkah kaki nya terhenti melihat Arthur yang juga menatap kearah Callie sekarang.

"Kok, lo ada disini?"

Arthur tidak menjawab, tapi tatapan nya masih membeku menatap tubuh setengah telanjang Callie.

"Heh? Gw ngomong sama lo." Callie mengulangi.

Tanpa menghiraukan tatapan Arthur pada tubuh setengah telanjang nya.

"Gw ketiduran." Akhirnya Arthur tersadar dari freeze nya.

"Oh. Ok." Callie melangkah meninggalkan Arthur di ruangan itu sendirian.

Saat Callie mau menutup pintu, tangan seseorang menahan daun pintu.

-TH-

LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang