59

2.6K 94 0
                                    

🍁

"Gak puas." jawab Callie pura-pura serius tapi senyum iseng terukir di wajahnya.

"Really?" Suara Arthur terdengar tenang saat Arthur bergerak keatas tubuh Callie tapi mata nya seketika berubah menjadi gelap.

Membuat napas Callie tiba-tiba seperti di buru.

"Lo gak puas?" Lagi tanya Arthur dengan penekanan di setiap kata nya.
"Oke. Kita liat, siapa yang bakal minta ampun setelah ini." Tambahnya.

Tanpa menunggu jawaban Callie, Arthur melumat kasar bibir Callie.

Menggigit bibir bawahnya, membuat Callie meringis sakit tapi tetap tidak melepaskan ciuman yang tiba-tiba mengaduk perut nya itu.

Arthur menjilati leher Callie, dan turun ke payudara ranum Callie.
Menjilati dan sesekali mengigit puncak sensitif gadis itu.

Membuat rintihan sekaligus desahan keluar dari bibir bengkak Callie.

Arthur membuat kissmark disana, dihampir semua bagian payudara Callie.

Lidah nya menjelajah perut rata Callie, turun ke bawah perut Callie yang mulai berdenyut dan bengkak.

Harusnya lidah Arthur sudah memanjakan Callie di titik itu.

Tapi Arthur punya rencana lain.
Dia melewati bagian itu.
Bagian yang paling Callie suka untuk di sentuh.

Arthur menjilati paha Callie, tepat bagian dalam paha nya.
Tapi tidak menyentuh bagian tengah dirinya.

"Art..."

"You must be punished." Ucap Arthur.

"No. Come on, Art."

"Begging." Arthur memerintah.

Callie masih menutup mulutnya.
Dia tidak akan memohon. Batinnya.

Sepertinya Arthur harus menghukum Callie agar dia tau menjaga keinginan nya.

Arthur sengaja mempermainkan nya dengan membawa jari nya membelai sisi luar bibir sensitive Callie.

Menggosoknya dengan sangat pelan.
Mata Arthur memperhatikan wajah Callie yang sudah sangat bergairah,

semua begitu jelas terlihat dari napas Callie yang mulai tersengal, bibirnya yang bergetar dan giginya yang mengigit bibir bawahnya dengan keras.

"Still didn't want to beg?" Tanya Arthur.

"Art.. please." Callie memohon.
Akhirnya gairah membuat nya menyerah.

"I can't hear you baby. Louder." Perintah Arthur.

"PLEASE...!" Ucap Callie setengah berteriak.

Arthur hanya ingin mendengar itu lagi.
Mendengar Callie memohon membuat Arthur bersemangat dan semakin bergairah.

"This is what you want?" Tanya Arthur saat jarinya menekan klitoris Callie.

Dan Callie mengangguk cepat seraya menutup mata nya menikmati sengatan dibawah sana.

Arthur menggosok nya sesekali.

"Arthur.. please, more." Callie memohon.

"With all my pleasure, baby."
Senyum penuh kemenangan menghiasi wajah Arthur saat mendengar Gadis itu lagi-lagi memohon dengan putus asa.

"Aaahh. Arth.. mphh.. Ahh.." gadis itu mulai meracau, tanda nya dia akan segera sampai.

Arthur melepaskan jari nya dari klitoris Callie, membuat Callie yang hampir sampai harus menahan pelepasan itu.

"Arth...!!"

Belum sempat Callie memprotes, Arthur sudah membawa ereksi nya kedalam kelembaban Callie, menghentak nya keras dan dalam.
Sambil jari nya kembali menggosok titik sensitive itu.

Sehingga membuat protes Callie berubah menjadi lolongan yang merdu dan keras.

Hentakan demi hentakan membuat tubuh Callie berkali-kali bergetar.
Payudara nya bergerak naik turun seirama tabrakan pinggul Arthur didalam dirinya.

Arthur hampir sampai, lalu cepat menarik dirinya dan mengeluarkan cairan panas nya di perut Callie.
Callie berusaha mengatur napas nya yang terengah.

Sampai Callie tersedak napasnya sendiri saat ereksi Arthur kembali mengisi diri nya.

Callie melemparkan pandangan nya ke arah Arthur dan Arthur hanya mengangkat alis nya lalu mengedipkan sebelah mata nya.

Hentakan ditengah tubuh Callie membuat mulut Callie yang harusnya melontarkan protes justru berubah menjadi desahan kenikmatan. Lagi.

Arthur menarik kaki Callie dan membawanya pada bahu nya, dan memperdalam hentakan nya.

Itu terasa begitu nikmat, ereksi Arthur terasa berdenyut karena tubrukan dengan dinding rahim Callie.

"Callie mau sesuatu yang keras dan kasar kan, biar puas? She will get it!" Batin Arthur.

-TH-

LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang