3

5.6K 115 7
                                    

🍂

"Semalam gak seburuk itu kan, Call?" Kata Joanna yang entah dari mana datang nya langsung merangkul pundak Callie.

"Kagetin aja lo, Jo. Hampir jantung gw salto." Endus Callie

"Dasar nenek-nenek. Jadi Gimana? Seru kan?" Tanya Joanna tanpa mengubris wajah cemberut Callie.

"Not bad."

"Ih. Udah seseru itu lo bilang not bad? Butuh roller coaster apa baru lo bilang seru?"

"Ya. Ya. Seru. Apa lagi bagian lo jackpot dan Roman harus gendong lo sampe ke mobil." Callie terkekeh mengejek.

"Sialan lo. Itu cuma karena perut gw kosong, makanya bisa jackpot. Next gw harus makan dulu deh."

"Next?"

"Iya, malam minggu ntar Sean Cs ngajakin nongkrong lagi."

"Gw gak tau genk kita sekarang collab sama genk dia."

"Collab gak tuh." Joanna terkekeh.
"Cuma nongkrong Call, lagian mereka asik dan gak brengsek. Jadi aman lah."

"Ya. Gak semua brengsek. Kecuali, si ketus."

"Si ketus? Arthur?"

"Siapa lagi?"

"Oh, dia. Memang gitu sih dari awal gw tau itu orang. Dingin, cuek, gak bersahabat. Padahal semua cewek memuja dia di kampus ini."

"Gak semua."

"Iya. Iya. Gak semua. Cuma lo yang gak suka. Lo kan Nerd. Jadi sorry, lo gak masuk hitungan." Joanna terkekeh.

"Sialan. Gw itu punya selera unik kali. Bukan aneh."

"Lo tau gak kalo aneh dan unik itu sodara kembar?"

Callie lagi-lagi cuma bisa memutar bola mata mendengar Joanna. Karena dia tau, tidak akan pernah bisa menang melawan calon pengacara handal itu.

"Pulang kampus kemana? Makan yok?"

"Gw mau balik. Toilet gw mampet. Jadi harus panggil tukang ledeng."

"Ah, gak asik lo. Ya udah. Gw duluan ya." Joanna melambai dan menghilang dibalik pintu ruangan tata negara.

"Bye." Kata Callie yang masih sibuk merapikan tumpukan buku.

Suara derit pintu mengalihkan perhatian Callie.

Dia pikir mungkin itu Joanna yang kembali.

Tapi sosok cowok ketus berwajah tampan itu hanya berjalan masuk menuju meja nya tanpa mengubris keberadaan Callie yang kebetulan sisa seorang diri di ruangan itu.

"Dasar cowok sialan." Callie mengendus pelan.

"Lo ngatain gw?" Suara cowok itu mengagetkan Callie.

Benar saja, ruangan itu begitu sunyi dan hanya mereka berdua yang berada disana.

Bunyi kentut pun akan terdengar seperti terompet tahun baru kalau di keadaan sekarang.

"Gw?"

"Diruangan ini cuma ada lo dan gw. Emang siapa lagi? Hantu penunggu kampus?"

"Gak. Perasaan lo aja kali."

"Cewek aneh." Arthur mengendus tidak pelan.

Sehingga Callie membulatkan mata nya.

"Apa lo bilang?"

"Apa?" Tanya Arthur ketus.

"Lo bilang gw aneh?!"

"Lo ngerasa?"

"Heh. Jaga mulut lo ya, jangan sembarangan."

"Dasar, Nerd!" Arthur berjalan meninggalkan ruangan tanpa menggubris tatapan kesal Callie.

"Cowok kurang ajar, dasar homo. Ada masalah apa dia sama gw!" Callie mendumel sendirian.

Dan segera meninggalkan ruangan kelas itu dengan kesal.

Arthur

"Cewek aneh." Arthur menggelengkan kepala nya mengingat pertengkaran kecilnya tadi dengan Callie.

"Udah ketemu?" Tanya Sean.

"Nih." Arthur memamerkan buku nya yang tertinggal dimeja tadi.

"Kenapa muka lo asem?"

"Gak papa."

"Kenapa sih?" Timpal Roman.

"Gw tadi ketemu gadis idaman kalian."

"Beneran? Terus?" Tanya Sean semangat.

"Terus apa? Ya udah gitu aja."

"Lah, terus apa urusan nya lo kesal sama ketemu Callie?"

"Ya gak papa. Gw cuma gak suka aja sama tuh cewek. Sok cantik."

"Dia memang cantik, Arthur." Ujar Roman.

"Menurut kalian. Bukan gw."

"Iya. Iya. Aneh. Semoga lo gak homo ya, Art. Sayang banget kegantengan lo." Kata Roman seraya menunjuk wajah Arthur.

"Semoga ya." Kata Arthur sambil tersenyum usil.

Kedua teman nya cuma bisa menggeleng melihat sikap ngasal Arthur.

-TH-

LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang