48

2.4K 84 1
                                    

🍁

Arthur masuk ruangan kelas tanpa menggubris pandangan teman-teman nya dan mengambil kursi diujung ruangan.

"Tumben telat bro?" Sapa Sean membuka percakapan.

Arthur hanya mengangkat alisnya dan kembali membuka tas nya seraya mengeluarkan buku.

Callie memperhatikan Arthur, walau dia tidak mau.
Tapi Callie tidak bisa mengalihkan pandangan nya.

Sampai mata Callie tersita oleh pemandangan buku tangan Arthur yang terluka cukup parah.

"Tangan nya kenapa? Dia berantem? Sama siapa? Kenapa?" Pertanyaan itu memenuhi pikiran Callie.

"Eh, tangan lo kenapa, Art?" Tanya Roman dan berjalan ke arah Arthur.

"Gak papa, kebentur." Kata Arthur tersenyum tapi senyum itu tidak menyentuh matanya.

"Kebentur kereta api? Sampe hancur gitu." Ujar Sean memperhatikan buku tangan Arthur.

Andai bisa, Callie pengen nyeret Arthur sekarang juga dan mengintrogasi nya.

Tapi Callie mengurungkan niatnya, dia dan Arthur sudah berakhir.

Dan tidak seharusnya Callie peduli dengan apapun yang berhubungan dengan Cowok itu.

Callie membuang tatapan nya, dan pura-pura sibuk dengan buku nya yang sudah berada di atas meja.

Selama kelas itu berlangsung, Callie sama sekali tidak mendengar kan apa yang disampai kan Pak Nico.

Pikiran Callie berkelana Antara Arthur dan perkataan Jace kemarin siang tentang rencana kedatangan nya ke jakarta untuk menemui Callie.

Tidak terasa akhirnya kelas sudah usai.
Jumat selalu jadi hari terbaik, selain hanya ada satu mata kuliah
Tentu nya karena weekend sudah didepan mata.

"Call, yuk. Pegi makan, abis itu nyalon. Abis itu ngafe, abis itu SKYE." Kata Joanna.

"Wow padat merayap kayak Jalanan menteng pas malam minggu." Ujar Callie.

"Udah buruan. Laper.." Joanna menarik lengan Callie.

"Trixie, Gianna mana?"

"Ke toilet bentar, ntar mereka nyusul ke parkiran."

Callie akhirnya mengikuti Joanna ke parkiran.

"Call..." panggil seseorang.
Dan Callie menoleh.

Jace!

"Haii. Akhirnya ketemu." Ucap Jace.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Callie ketus.

"Mau ketemu kamu. Punya waktu?"

"Gak, gw udah ada janji sama temen."

"Gak papa Call, kalo gak ntar lo nyusul aja." Joanna menawarkan.

Tumben banget Joanna pengertian.
Tapi pengertian disaat yang salah.

"Gak. gw bareng lo aja." Callie memutuskan.

"Please, Call. Aku jauh-jauh dari Bali buat ketemu kamu. Gak akan lama. Ok?"

"Salah lo sendiri, kan gw gak nyuruh." Callie mengendus.

Joanna menarik-narik lengan Callie mencoba menenangkan sahabatnya yang ketus itu.

Andai saja Joanna tau apa yang udah Jace lakuin ke Callie, mungkin saat ini Joanna yang bakal langsung gampar si Jace.

"Kita gak buru-buru kok, Call. Lo bisa take time. Lagian kasian dia udah dateng jauh-jauh." Kata Joanna coba membujuk Callie.

Beberapa saat Trixie dan Gianna akhirnya tiba di parkiran.

Belum sempat Trixie dan Gianna bertanya tentang cowok tampan yang sedang ada dihadapan Callie, Joanna sudah menarik mereka menuju mobil.

"Gw sama anak-anak duluan ya, Call. Ntar telp aja kalo udah kelar." Teriak Joanna seraya berjalan menjauh.

"5 menit." Kata Callie tanpa memandang Jace yang berdiri di hadapan nya.

"Kamu udah pikirin yang aku minta di Bali kemarin?" Tanya Jace dengan bahasa indonesia berlogat Perancis itu.

"Gak. Kan udah gw jawab. Jadi buat apa lo nanya lagi? So, Jace Please, stop it!"

"Tap-.."

"Haaii, Sweety." Panggil Sean membuat Jace dan Callie menoleh serempak.

-TH-

LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang