73

2.2K 81 9
                                    

🍁

"Arthur?" Trixie mengedip-ngedip kan mata nya.

Disudut bar Arthur terlihat berdiri seraya mata nya mencari keberadaan teman-teman nya.

"Eh, iya. Itu Arthur kan?" Tambah Joanna.

Sean, Roman dan Gianna serentak menoleh kearah mata Trixie dan Joanna memicing.

"Eh, iya." Ujar Sean.
"Art.. Oi.. disini." Sean melambaikan tangan nya kearah Arthur dan dibalas anggukan oleh Arthur.

"Hoii... bro! Akhirnya lo nyusul.."
Roman menyambut sahabat nya itu dengan menjabat tangannya seraya memeluk pundak Arthur.

"Oiii.. gitu donk. Gw pikir lo gak jadi nyusul. Personil lengkap, yuk. Kita panaskan Bali." Timpal Sean memeluk sahabatnya itu.

"Panaskan gak tuh? Kayak kompor aja.." celetuk Joanna.
Membuat yang lain terkekeh.

Arthur hanya mengangguk pada yang lain.

"Eh, bukannya Sean bilang lo mau balik Singapore kok malah ke sini?" Tanya Joanna.

"Salah masuk pesawat." Jawab Arthur acuh.

"Hah? Salah masuk pesawat?" Tanya Joanna.

"Harusnya ke Singapore malah nyampe nya kesini." Jawab Arthur ngasal.

"Lo itu emang ya, orang serius juga." Celetuk Joanna seraya menggeleng melihat sikap seenaknya Arthur.

"Yey.. akhirnya Arthur dateng." Ujar Trixie dengan senyum sumringah.

Arthur hanya sedetik melihat ke arah Trixie lalu matanya mencari-cari sosok yang membuat dia akhirnya memutuskan pergi ke Bali dibanding pulang ke Singapore.

"Cariin apa?" Tanya Joanna yang menangkap mata Arthur mencari sesuatu.

"Cari musuh bebuyutan lo? Lagi ke toilet noh." Lagi tambah Joanna seraya menunjuk lorong diujung meja bar, tempat toilet itu berada.

Dan Arthur hanya diam sedikit tersipu.

Arthur ingin menyusul Callie, tapi tentu tidak akan dia lakukan sekarang.
Karena teman-teman nya akan curiga.

Arthur mengambil kursi disamping Sean dan mengedarkan pandangan nya ke kolam renang didepannya yang sudah penuh oleh turis dan float raksasa mereka.

Sudah 15 menit Arthur duduk disana, tapi Callie belum juga kembali.

Teman-teman nya semua sudah sibuk minum seraya bergoyang didepan meja mereka, hanya Arthur yang duduk sambil sesekali memandang ke arah jalan menuju toilet.

"Gw ke toilet dulu." Ujar Arthur pada Roman yang sedang bergoyang bersama Gianna.

Roman hanya mengangguk dan kembali pada kegiatan nya.

🍁🍁
Callie

"Haii.. beautiful." Suara Seseorang terdengar dibelakang punggung Callie.

Suara nyaring yang terdengar terulur-ulur.
Callie menoleh cepat.

Beberapa detik mata Callie memicing, coba menangkap seseorang dari balik gelap nya sisi pintu toilet.

"Siapa?" Callie coba bertanya. Berharap tau siapa dibalik kegelapan itu.

"You broke my heart, Call. Apa Kamu lupa sama suara aku?" Tanya orang itu.

Shit!

"J-jace?" Callie terkejut seseorang itu adalah Jace.

Sial, kenapa harus ketemu dia malam ini. Dan kapan dia datang ke Indonesia?

God! Benar aja, bulan lalu Jace sempat mengirimi Callie pesan.

"Seperti takdir, kan? Akhirnya ketemu lagi." Ucap Jace dengan senyum penuh kepuasan.

"Um.. lo kok bisa ada di Bali?" Pertanyaan bodoh yang harusnya tidak perlu Callie tanyakan.

"Liburan. Anyway, Call.. aku benar-benar kangen kamu." Ucap Jace akhirnya.

"Lo mabuk. Dan gw gak peduli dengan apa yang lo rasa. So, Gw balik." Callie berbalik dan meninggalkan Jace.

Tangan Jace menarik lengan Callie.

Callie cepat menepis genggaman tangan Jace.
Tanpa disangka, Jace mendorong tubuh Callie merapat ke dinding.
Mengunci tubuh Callie.

Tangan Callie mendorong dada Jace yang sekarang berdiri menjulang didepan wajahnya.

Tapi Jace menangkap pergelangan tangan Callie, membawa wajahnya hanya berjarak 5 cm dari wajah Callie.

"Jangan terus tolak aku, Call. Aku tau kamu masih cinta sama aku. Aku janji, dengan seluruh sisa hidupku. Aku akan menebus semua kesalahanku dulu." Jace memohon.

Terdengar cukup tulus kalau saja dulu Jace tidak menoreh luka yang dalam pada hati Callie.
Kata-kata itu terdengar cukup indah.
Tapi tidak lagi membuat sesuatu dalam diri Callie terkutik.

Entah kapan.
Tapi Callie tau dan sadar.
Meskipun dia belum memaafkan Pria itu atas apa yang terjadi dimasa lalu.

Kemarahan, kekecewaan dan kebencian Callie pada Jace sudah pergi.
Hilang.
Callie hanya merasa, nothing. Plain.

"Get away from me, Jace. Lo mabuk." Callie membuang wajahnya.

"Aku gak mabuk, Call. Semua yang aku ucapkan itu tulus. Please?!" Jace terdengar putus asa.

"No. Semua yang terjadi udah berakhir. Gw gak akan pernah bisa kasih lo kesempatan lagi. Dan satu yang pasti, gw gak punya perasaan apa-apa sama lo. Nothing."
Ujar Callie tanpa menatap Jace.

Jace kelihatan tulus ya..🙂
Menurut kalian seharusnya Callie kesempatan gak?

-TH-

LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang