Publish: 04-12-2020
Re-publish: 02-11-2021➮Tolong tandai typo🙏
♚♚♚
Mata itu terbuka perlahan. Tanpa air mata. Tanpa kegugupan. Hanya sorot tajam yang menyala seperti bilah pedang seolah kematian hanyalah jeda untuk kembali—bukan akhir.
Kyra mengangkat tangan kurusnya, menghalau sinar mentari yang terasa menyilaukan. Ia mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk, memandang datar pada dayang kecil yang menangisinya waktu itu, kini dia terlelap di lantai dingin di bawah ranjang.
Dan saat ia menyibak lengan hanfunya terlihatlah sebuah bukti. Memar lebam kebiruan, luka cambukan yang menghitam, lalu pada kakinya—lebam lain, luka lain. Tubuh ini pernah dihancurkan. Diseret. Diinjak. Dilecehkan.
“Tsk.” Kyra mendesis. Bukan karena sakit tapi karena jijik. Bukan kepada tubuh ini, melainkan kepada dunia yang berani memperlakukan pemilik tubuh ini seperti bangkai bernyawa.
'Inikah perlakuan yang kau terima, Putri Azkia?' pikirnya.
Ia belum sempat merenung lebih lama ketika rasa sakit luar biasa meledak di kepalanya. Tiba-tiba brutal, seolah isi otaknya dicabik secara paksa. Ada sesuatu—atau seseorang—yang mengukir kenangan langsung ke dalam batinnya. Kyra memegangi kepalanya sedikit terguncang, tubuhnya gemetar, dan giginya mengatup keras menahan jeritan yang hampir lolos.
"A-anda sudah bangun, Putri! A-apa perlu Nubi panggilkan Tabib?!" Dayang itu menjerit panik.
"Keluar." Satu kata, dingin dan tajam.
Dayang itu membeku, lalu kabur ketakutan sebab tak sanggup menatap mata milik 'Junjungannya' yang sekarang terasa asing.
Dan saat keheningan kembali menyelimuti memori itu pun datang, muncul silih berganti bagaikan kaset yang sudah usang dan berdebu namun tetap terasa nyata dan membekas.
Kilasan yang pertama, seorang gadis kecil kira-kira tujuh tahun, diseret ke tanah, dicambuk dengan ranting hingga kulitnya robek. Wajahnya diludahi. Disiram air comberan, dan dicaci sebagai 'kutukan kerajaan'.
Kilasan kedua, dia disekap dalam gudang gelap selama berhari-hari tanpa makanan. Dibiarkan kelaparan, menggigil, menyembah ampun kepada siapa pun yang lewat.
Kilasan ketiga, suara tawa para pelayan, permaisuri yang hanya tersenyum dingin, dan seorang gadis lain yang mendorongnya ke kolam es saat musim salju, lalu pergi seolah tak terjadi apa-apa.
Kyra terdiam. Matanya tidak memerah, tidak juga berkaca-kaca. Namun, jiwanya bergetar hebat.
"Manusia macam apa yang tega pada anak selemah itu?" bisiknya. Bukan iba, melainkan amarah yang nyaris mendidih.
Tangannya mengepal.
Bukan karena empati.
Tapi karena rasa ingin membalas dengan cara yang akan mencabik mereka hidup-hidup. Jika dunia ini berpikir Kyra bisa disamakan dengan gadis kecil itu, maka mereka belum tahu neraka macam apa yang akan datang. Jika Kyra harus menjadi iblis untuk membalaskan semua ini ... Maka dia akan menjadi iblis paling tak termaafkan dalam sejarah kerajaan ini.
Lalu kilasan lainnya datang, menghantam kepala Kyra seperti hujan panah di medan perang, terlalu banyak, terlalu cepat, dan terlalu menyakitkan.
Seorang anak kecil berusia enam tahun sedang berjalan santai sambil menggenggam tangan ibunya—permaisuri terdahulu. Keduanya tampak begitu damai, seperti lukisan keluarga yang tak tersentuh dosa dunia. Namun kedamaian itu lenyap seketika saat dari balik pepohonan, beberapa pria berpakaian hitam pekat muncul, mengepung mereka dengan langkah teratur seperti bayangan kematian yang tak bisa dihindari.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙏𝙞𝙢𝙚 𝙏𝙧𝙖𝙫𝙚𝙡 : 𝙤𝙛 𝙖 𝘾𝙤𝙡𝙙-𝙃𝙚𝙖𝙧𝙩𝙚𝙙 𝙒𝙤𝙢𝙖𝙣
Fantastik▶KYRA MARSHELYNA. Seorang jenderal berdarah dingin yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk misi---tanpa belas kasih, tanpa ragu. Ia bukan hanya prajurit terbaik negaranya, tapi juga senjata hidup yang siap menghabisi siapa pun yang menjadi ancaman. ...