Keping 41 : Biarkan Seperti ini Sebentar, Lora

4.1K 367 242
                                    

(Dia Milikku)

Dia untukku, bukan untukmu

Dia milikku, bukan milikmu

Pergilah kamu, jangan kau ganggu

Biarkan aku mendekatinya

.

.

-chapter ini dibuat penuh cinta, semoga dibaca juga penuh cinta-

-terima kasih untuk semua pembaca uma yang sudah menemani SanuLora sampai sejauh ini-

-dan untuk yang baru bergabung, salam kenal dari uma. Mari kita bersahabat. Jangan ragu panggil saja uma. Kalau mw lebih dekat, tambah sayang. Eh!-

-silakan coret chap ini sebanyak-banyaknya, sesuka-sukanya, senyaman-nyamannya-

-awas masuk jebakan uma, pokoknya siapkan saja hatinya yah! Ada prank dimana-mana-

.

Happy reading

..................

Seperti kesepakatan sebelumnya, sesampainya di kampus Ikhsan dan Lora benar-benar berpisah, mereka sarapan masing-masing, dan mengurus urusan masing-masing.

Lora punya jam kuliah pagi dengan Bu Darti, maka Lora harus cepat masuk ruangan untuk menyiapkan segala keperluan Bu Darti. Gadis berlesung pipi itu hanya memesan segelas susu hangat dengan roti bantal dua lipat. Sisanya, cukup mengisi seperdelapan bagian lambungnya dengan membayangkan wajah sang suami. Lah!

Benarkah akhir-akhir ini 'wajah' Ikhsan sudah berubah fungsi bagi Lora? Dari alat pengenal menjadi panci penanak nasi? Ah entahlah.

Berbeda dengan Lora, Ikhsan justru baru akan memulai kelasnya pukul sepuluh nanti. Maka saat ini, saat si tampan sedang memiliki waktu senggang, Ikhsan membuka ponselnya, membaca kembali pesan Arini untuk menyiapkan jawaban.

...

Lora cekatan menyusun penghapus papan, spidol dan menaruh bundel absen di atas meja. Lalu menyiapkan kabel infocus dan membuka gulungan layar OHP.

Lima menit mengurus keperluan kelas, Lora akhirnya selesai. Dengan santai si lesung pipi celingukan mencari teman-temannya.

"Di sini woi!" Ajeng meneriaki Lora saat mendapati kepala gadis itu mendongak mengitari ruangan.

Lora datang menuju teman-temannya usai menangkap sosok yang meneriakinya barusan. Dan seperti biasa, sudah ada Dito, Ajeng dan Burhan di sana.

"Duduk di samping gue, Ra." Ajeng menawarkan bangku kosong yang ada di antara dirinya dan Burhan.

Tanpa banyak basa-basi, usai Ajeng berkata seperti itu Lora langsung menghempaskan bokongnya pada kursi, bersandar lega. "Haaaah!"

"Tumben pucet Ra? Nggak tidur ya semalam?" Burhan bertanya dengan entengnya pada si lesung pipi, "bukak berapa ronde lo?"

Lora, demi mendengar pertanyaan rada gesrek itu langsung melotot pada Burhan. Namun belum sempat si lesung pipi membalas Burhan dengan kalimat pagi-pagi pasti happy miliknya, Ajeng telah lebih dulu melempar Burhan dengan botol air mineral berukuran sedang yang masih terisi penuh.

'BUK'

"Mulut lo tolong dikontrol, burung hantu! Lo pikir kita di mana ha? Bisa nanya yang berkualitas dikit nggak?" Ajeng kesal, mendengar pertanyaan Burhan membuat pagi cerahnya ternodai.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang