Keping 17 : Kapten Mulai Oleng

4.5K 361 45
                                    

-ada yang mau nimpuk uma pake galon? ato tabung gasnya udah disiapin? muehehe-

-chap ini dibuat dengan sepenuh cinta dan sudah diskusi ama si bucinnya langsung. semoga juga dibaca penuh cinta yaaa-

happy reading

.......................

Ikhsan masih berbaik hati menjulurkan tangannya ke arah Lora, menawarkan gadis itu perlindungan gratis dari remangnya ruangan. Sementara Lora yang mendadak berdenging karena tawaran Ikhsan masih memasang ekspresi tak percaya di wajahnya. Ternganga lebar.

"Kamu mau ikut ambil wudu apa bengong di situ ha? Ayo!" Ikhsan bersuara sambil mengangkat wajahnya, "saya tidak akan menawarkanmu lagi untuk yang kedua kalinya jika saya sudah turunkan tangan ini, Lora."

Lora nyengir seketika, "pegang baju aja deh Bang. Lora nggak bisa kalau mesti pegang tangan Bang Sanul."

"Kenapa? Kamu pikir saya najis? Atau tangan saya kotor?" Ikhsan bertanya dengan nada sedikit kesal.

Lora menggeleng, menampakkan pada Ikhsan wajah bocahnya dengan bibir manyun lima meter.

"Lalu kalau tidak najis dan tangan saya tidak kotor, kenapa tidak mau?" Ikhsan bertanya lagi, sementara tangannya masih dengan ikhlas ia julurkan pada Lora.

Lora berjalan mendekati seniornya yang berwajah datar itu, dan setelah memastikan jarak mereka hanya sepergelangan lengan, Lora berkata seolah berbisik, benar-benar sebuah perkataan yang jujur, "jantung Lora rasa mau meledak kalau kita pegangan, Bang. Lora nggak kuat. Kalau Lora pingsan mendadak... eoteohke?"

Usai kalimat polos Lora tersampaikan dengan baik, Ikhsan langsung menarik tangannya cepat. Menelan ludah keringnya. Tenggorokannya mendadak panas. Tiba-tiba saja si Gus ingin nyemplung ke dalam bak mandi dan tak mau keluar lagi.

Lora terlalu jujur, benar-benar terlalu jujur, hingga menjurus pada kepolosan yang tak berakhlak, seenaknya saja mempermalukan Gus Ganteng secara terang-terangan.

Tapi bukan Ikhsan namanya jika tak memasang wajah palsu untuk Lora, lelaki tampan itu masih berusaha memakai wajah dinginnya, lalu menyerang balik sang dara dengan kata-kata, "oh, jadi kamu pikir saya ini mesum? Punya niat jahil? Cari-cari kesempatan buat megang tangan kamu? Iya?"

Mendengar ucapan Ikhsan barusan, seketika Lora langsung menggeleng, mencoba membela diri, "bukan...bukan begitu Bang. Lora jujur Bang, waktu tadi Bang Sanul megang tangan Lora itu rasanya kayak ada konser perkusi dalam dada Lora, Bang. Ada bunyi badum-badumnya."

"Heh, pandainya kamu ngeles. Pikiran kamu saja yang terlalu jauh, Lora. Saya tidak sampai beranggapan aneh-aneh seperti itu." Ikhsan bersikeras mempertahankan bahwa ajakannya untuk saling berpegangan itu benar, lurus, tak ada maksud apa pun di baliknya.

Namun kenyataannya kini si Gus Ganteng tengah merasa malu, seolah-olah ia yang memaksa Lora untuk berpegangan tangan dengannya. Walau niatnya baik, hanya untuk memastikan Lora tak ketakutan. Tapi ya tetap saja, meskipun niat Ikhsan baik, kalau ajakan Ikhsan seperti itu, Ikhsan memang terlihat agak sedikiiiiiiit..... itulah pokoknya.

"Bang Sanul baik-baik aja? Nggak ada badum-badumnya gitu pas megang Lora tadi?" Lora bertanya dengan polosnya.

"Untuk apa? Toh kamu tahu kalau perempuan yang saya taksir bukan kamu. Jadi, mana mungkin saya ada rasa-rasa aneh terhadapmu." Ikhsan menjawab sok pasti.

Mendengar jawaban Ikhsan yang sepertinya sangat meyakinkan, Lora sedikit lega. Ia mengira kata-kata Ikhsan ada benarnya juga, mungkin dirinya saja yang berpikiran terlalu jauh. Lora merasa terselamatkan saat tahu kalau Ikhsan tak merasakan badum-badum seperti yang ia rasa.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang