Keping 29 : Bocah Saya Kelewatan

4.2K 362 108
                                    

-semoga malam minggu teman2 indah karena SanuLora nongol lagi-

-terima kasih atas dukungan, cinta, dan kunjungannya di mari-

-terima kasih selalu menyemangati Uma untuk melanjutkan lapak ini-

^_^

'Seperti menenggak kecombrang dan sambiroto dalam satu kali tenggakan, seperti itu rasanya dada gue setiap saat setelah menjahili Bang Sanul. Nyesek bin ambyar ampe ke aortanya. Nyesss lah pokoknya. Kira-kira itu kenapa ya?'

-Kepincut Gelora-

Happy reading

.................

Usai kalimat Arini utuh tersampaikan, Lora dan Ikhsan saling tatap tak bersuara.

Ikhsan dapat melihat penampakan wajah istrinya dengan kantong mata sembab dan puncak hidung yang masih memerah jelas tanpa penghalang. Ia tak tahu harus merespon balik kata-kata Arini seperti apa karena wajah kaget pasca menangis milik Lora sudah membuyarkan fokusnya tanpa tenggang rasa.

"Ikhsan, kenapa kamu diam saja? Kamu tidak sedang sakit 'kan? Jangan lupa pertemuan kita nanti ya. Jam dua siang di tempat biasa." Suara Arini kembali terdengar dari seberang sana, tetap dengan ciri khas nadanya yang santun.

Lora tak membuka mulutnya, tapi alis matanya dinaikkannya sebelah sambil memiringkan kepalanya sedikit, si lesung pipi memberi kode pada Ikhsan agar Ikhsan menjawab ucapan gadis di seberang sana. Lora penasaran, janji apa yang suaminya buat dengan Arini.

Ikhsan yang tak mengerti maksud Lora bertanya balik dengan suara beratnya, lupa kalau sambungan telepon dengan Arini belum diputus, "maksud kamu apa? Saya tidak mengerti dengan gerakan seperti itu. Mengangkat alis dan memiringkan kepala, apa maknanya itu?"

"Gerakan? Saya tidak melakukan gerakan apa pun di sini, San. Apa lagi mengangkat alis dan memiringkan kepala. Kamu jangan membuat saya merindinglah. Memangnya kamu bisa lihat saya?" tiba-tiba dari ujung telepon sana suara Arini kembali terdengar, menyela ucapan Ikhsan dengan cepat.

Lora yang ada di hadapan Ikhsan langsung menepuk dahinya usai Arini selesai menyela ucapan Ikhsan. Gadis berlesung pipi itu tersenyum lebar dalam kagetnya sambil bergumam pelan pada dirinya sendiri, "Ya Allah... lucu."

"Eh maaf Arini, saya barusan tidak berbicara padamu." Ikhsan yang baru menyadari bahwa sambungan telepon mereka masih terhubung langsung meluruskan kesalahpahaman antara Arini dan dirinya. Menyela cepat kalimat gadis itu dengan wajah panik.

"Apa ada orang lain bersamamu sekarang di sana? Apa saya mengganggu aktivitasmu? Maaf kalau begitu ya San. Silakan kamu lanjutkan lagi kegiatanmu, tapi jangan lupa jam dua siang kita ngumpul di tempat biasa ya. Kalau kamu lupa, coba cek grup kita." Arini menyahut sopan dari seberang telepon.

"Oh tidak Arini, tidak mengganggu. Iya, nanti saya akan lihat grup. Oke, insyaAllah saya akan baca chat grup biar tahu janji apa kita hari ini jam dua siang nanti." Ikhsan menjawab cepat kalimat Arini sambil menatap Lora yang berkacak pinggang di depannya.

Menyadari Ikhsan menjawab kalimat Arini sambil menatap dirinya, Lora membuka mulutnya lebar-lebar dengan membuat gerakan kata-kata tanpa suara untuk Ikhsan, "IYA, DIA- GANGGU- GUS GANTENG- LORA."

Untungnya Ikhsan tak bisa berkonsentrasi membaca gerakan bibir si lesung pipi yang berkacak pinggang di depannya karena pikirannya terbagi dengan informasi yang Arini sampaikan. Kalau ia bisa baca apa yang Lora megap-megapkan, mungkin si tampan akan merona saat itu juga.

Tapi Ikhsan penasaran, ia tak bisa terima begitu saja kelakuan Lora barusan tanpa bertanya. Maka tanpa mempedulikan sambungan teleponnya, Ikhsan membuka mulutnya, bertanya pada Lora, "kamu bilang apa barusan?"

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang