Keping 54 : Saya akan Buktikan, Lora

3.8K 311 74
                                    

-jika tulisan pada chap ini tak muncul sampai kata TBC, silakan teman refresh dulu ya, agak panjang soalnya, mueheheh-

-semoga tak bosan-
.

Happy reading

..................

Karena ulah usil Ikhsan yang tak lihat tempat mengecup dahi istrinya, dan diamnya Lora menerima apa yang Ikhsan lakukan padanya tanpa keberatan, maka mereka berdua berakhir di sini. Di posko petugas keamanan taman kota. Duduk bersebelahan di depan meja interogasi sambil memelintir jari, saling tatap dengan petugas paruh baya yang tadi menggrebek mereka.

Ruangan berukuran empat kali empat meter itu berisi tiga meja kerja, satu lemari arsip, dua petugas jaga pria dan seorang perempuan yang duduk manis di depan komputer dengan rambut hitam digulung.

"Pasangan macam kalian ini bukan kali ini saya temui. Hampir setiap hari, apalagi sore menjelang gelap. Saya selalu memergoki pasangan-pasangan kelewat batas seperti kalian." Sang petugas paruh baya membuka suara untuk pertama kalinya usai sampai di posko.

Ikhsan dan Lora serentak memilih untuk diam. Memberi ruang pada orang tua itu untuk bercerotet, sengaja, biar lega sesak di dada si Bapak.

Petugas keamanan itu benar-benar tak berhenti, sambil mengetuk jari telunjuk di layar ponsel, ia bersuara ke arah sang perempuan yang ada di depan komputer, "Maghdellena! Catat data tentang mereka! Dan jangan tinggalkan satu informasi pun!"

Maghdellena, si gadis admin mengangguk patuh. "Siap Pak Sanders!"

Usai nama-nama itu mengawang di ruangan posko, tawa Lora pecah seketika. Si lesung pipi bergumam riang dalam hatinya, "Maghdellena? Sanders? ... oh Mama, Mama ke sinilah, ada bintang telenovela Mama di sini. Hahaha."

"Kamu kenapa tertawa?" Ikhsan yang sadar dengan tawa istrinya bertanya berbisik.

"Nama-nama mereka lucu Bang. Hahaha." Lora membalas tanya Ikhsan dengan balik berbisik. Wajah tawanya masih belum bisa ia hilangkan.

"Dibandingkan dengan Kepincut Gelora, lucuan mana menurutmu ha?" Ikhsan merespon santai, mengedip Lora dengan mata kanannya.

Ups! Lora tersudutkan. Jika ia lanjut membalas tanya Ikhsan, jelas ia akan semakin tersudutkan. Maka demi kenyamanan detak jantung, sang gadis kembali memilih fokus menatap Pak Sanders yang ada di depannya. Tapi saat pupil Lora mengunci sosok Sanders yang kini masih sibuk dengan ponselnya, ia tetap tak bisa untuk tak tertawa. Lestari harus tahu soal ini, Mamanya benar-benar harus tahu kalau Sanders itu nyata.

"Kalian berdua!" Sanders membuka suaranya usai menutup layar telepon pintarnya, "katakan siapa nama kalian!"

Saat Lora atau Ikhsan menyebut nama mereka, maka saat itu juga Maghdellena akan menyalinnya ke dalam dokumen kasus. Karena si admin itu kini sudah siap dengan form data diri yang terbuka di komputernya.

"Saya Incut, Pak. Dan lelaki di samping saya ini namanya Ican." Lora menjawab santai, memberi senyuman paling ramah kepada Sanders.

Jangankan Maghdellena dan Sanders, Ikhsan pun terkejut mendengar nama yang barusan Lora sebut. Dengan cepat si tampan memalingkan wajahnya ke arah Lora dan bertanya heran, "apa-apaan itu?"

"Kan emang itu nama kita Bang. Kenapa tampang Abang kek ayam keselek biji timun?" Lora membalas dengan gaya cool tanya suaminya.

"Ehem!" Sanders berdehem keras, menatap Lora tajam, "jangan permainkan saya ya Nak. Kau tak bisa berkelit setelah tertangkap basah, jadi tolonglah bekerja sama dengan baik sebelum saya naik jabatan."

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang