Keping 65.A Shakanura Fawwaza Ibram (1)

4.9K 330 57
                                    

(Way Back Home)

Remember when I told you

"no matter where I go,

I'll never leave your side,

You will never be alone"

.

Even when we go through changes

Even when we're old

Remember that I told you

I'll find my way back home

.

-3 keping terakhir-

-maap2 ye... bukannya apa2, Uma tak sedia penawar untuk keping ini-

-semoga ada kebaikan yang didapat-

.


Happy reading

..................

Ikhsan dan Lora sudah menjadi pasangan suami istri hampir enam bulan lamanya.

Empat setengah bulan yang lalu, setelah melewati banyak hal yang menjedag-jedugkan jantung, keduanya baru sadar kalau mereka punya rasa yang sama untuk satu dan lainnya.

Tepat tiga bulan yang lalu mereka sepakat untuk serius menjalani hubungan sebagai suami istri atas dasar cinta dan demi menggapai ridho Illahi, bahkan keduanya berkomitmen untuk menggandakan diri. Heh!

Dan tiga minggu yang lalu, tanpa mereka sadari, program penggandaan diri mereka berhasil.

Hanya saja, hari ini, di sinilah mereka berdua berakhir. Di atas ranjang perawatan rumah sakit dengan status korban kecelakaan lift, jauh dari orang tua, jauh dari rumah.

Lora masih merengkuh erat tengkuk Ikhsan, menangis sejadi-jadinya, menggerung gila. Si lesung pipi bergelayut bak balita yang takut ditinggalkan. Tak peduli apakah Ikhsan kuat menahan tarikan rangkulannya atau tidak.

Ikhsan dengan sekuat tenaga menumpu tubuh bergetar istrinya menggunakan kedua lengannya di kasur. Berusaha memberikan kenyamanan untuk Lora meski dirinya sendiri tak tahu berapa lama lagi ia mampu bertahan dengan posisi mereka yang seperti itu.

Untung mereka berdua ditempatkan di ruangan khusus yang hanya ada mereka saja, kalau sempat mereka ditempatkan di bangsal umum dan mereka beratraksi seperti itu di atas ranjang perawatan, mungkin tanpa memandang apa sakit yang mereka derita, keduanya akan digiring ke Polres setempat atas tuduhan pencemaran pikiran bersih dan pengerusakan detak jantung. Amboi soalnya posisinya.

Lora tak memberi celah untuk Ikhsan bernapas. Ia semangat mengekang tengkuk suaminya erat, menangis di pundak si tampan tanpa peduli apapun.

Ikhsan tahu ia salah, ia kelewatan, maka ia tak bersuara untuk menghentikan tangisan Lora. Membiarkan begitu saja istrinya mengeksploitasi pundak dan tengkuknya. Ia menahan tubuhnya kuat-kuat demi bisa menjadi tempat Lora bergelayutan. Walau kini sebenarnya luka di kepala bagian belakangnya terasa sedikit ngilu akibat menahan dua beban tubuh sekaligus.

Lima menit berlalu, barulah Lora melepaskan dekapannya, kembali berbaring di ranjang sambil menatap Ikhsan yang bertumpu di atasnya.

Mata Lora basah, hidungnya merah, pipinya jangan ditanya, sudah mirip lava anak Krakatau, matang sangat-sangat matang.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang