Keping 63 : Gandanya Kita

4.1K 312 64
                                    

(Melukis Senja)

Izinkanku lukis senja

Mengukir namamu di sana

Mendengar kamu bercerita

Menangis, tertawa

.

Biar kulukis malam

Bawa kamu bintang-bintang

'Tuk temanimu yang terluka

Hingga kau bahagia

.


Happy reading

..................

Malam yang syahdu. Setidaknya begitu. Karena Lora benar-benar terlelap dengan nyenyaknya dalam dekapan Ikhsan. Tak berganti posisi, bertahan hingga pagi.

Padahal biasanya Lora selalu lancar mempraktekkan posisi tidur ekstrim, bahkan sampai kayang dengan kaki terbuka lebar dan lengan membentang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Padahal biasanya Lora selalu lancar mempraktekkan posisi tidur ekstrim, bahkan sampai kayang dengan kaki terbuka lebar dan lengan membentang.

Tapi malam ini nampaknya kehangatan yang Ikhsan pancarkan mampu menjinakkan kerja otot anggota gerak Lora hingga si lesung pipi tak petakilan dan tetap tenang dalam pejamnya.

Keluarga itu bangun lima menit sebelum azan Subuh, heboh saling rebutan kamar mandi untuk ambil wudu. Maklum, kamar mandi hanya ada dua dan orang yang menempati rumah itu berjumlah lima. Jadi kompetisi sangat ketat sekali. Sampai-sampai peraturan mendadak pun dibuat oleh Lestari, gosok gigi cepat, ambil wudu langsung dan dilarang pup.

Awalnya Ikhsan hanya diam melihat betapa semaraknya rumah itu. Merasa sedikit terhibur karena tak pernah ia menyaksikan adegan rebutan kamar mandi di keluarganya sebelumnya. Tapi saat Lora memancingnya untuk ikut berebutan, antri di belakang Ridwan, Ikhsan jadi terbawa arus, berambisi dadakan untuk mengalahkan Ridwan. Etdah!

Mereka shalat Subuh berjamaah dengan Gus Ganteng yang menjadi imam mereka. Dua surah mengguggah, Al-Qiyamah dan Al-Waqi'ah Ikhsan sajikan di sepanjang perhelatan. Berhasil membuat Lestari dan Ridwan merinding selama shalat. Tersentuh. Hanyut. Dan membuat Asra sedikit terbeban, jika kelak ia yang menjadi imam di rumah mertuanya, bisa tidak ia seperti Ikhsan?

Tidak hanya perempuan, sebenarnya beban menghadapi mertua juga ditanggung oleh pihak lelaki. Bukankah mereka sang imam? Nahkoda yang mengepalai? Jika diminta memimpin shalat lalu baca Al-Ikhlas saja belepotan, aduh, mau digadai kemana kejantanan mereka ha? Iya 'kan? Dan itu yang nyata-nyata membuat Asra selalu menunda pernikahannya, terlalu gamang dan belum siap, terlalu takut jadi sang imam.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang