Keping 46.C : Pilihan 'Kepincut'

3.2K 375 311
                                    

-pilih posisi paling enak pas bacanya ya teman-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-pilih posisi paling enak pas bacanya ya teman-

-semoga selamat sampai tujuan-

.

Happy reading

..................

Di sini, di gazebo serba guna belakang mushalla jurusan, Baron berdiri sambil melipat dua lengannya ke dada. Menatap Lora tanpa kedip dari atas hingga bawah, dari kiri ke kanan.

Hanya ada mereka berdua di gazebo itu, Baron dan Lora. Sang pesilat telah mengusir mahasiswa lain yang mengikuti mereka. Tidak boleh ada satu pun hidung yang nimbrung dalam percakapan mereka, itu syarat yang Lora ajukan.

Reno dan kawanannya terpaksa mundur, harus patuh dengan perintah sang kepala arak demi lancarnya acara pengikatan. Jadi segala macam pernak-pernik yang telah Baron dan rekannya siapkan seperti karton berbentuk hati, spanduk bertuliskan 'Bang Baron bucinnya Lora', bantal-bantal pink, stick light, kompor gas, lemari tiga pintu, ranjang besi, sampai sofa empat dimensi juga ikut hilang bersama hilangnya rombongan Baron.

"Kenapa Bang Baron liatin gue gitu amat?" Lora merasa jengah dengan mata Baron yang tak lepas menatap dirinya.

"Gue nggak salah pilih cewek Ra." Baron berkata penuh senyum. "Lo udah cantik pake jilbab lagi, mana mungil, imut, putih, ah komplit. Pokoknya pas 'lah dalam genggaman."

"Bang Baron kira gue penghapus papan tulis? Sembarangan aja bilang pas dalam genggaman." Lora mendumel kesal.

Baron tertawa lebar, meletakkan telunjuk kanannya di dagu, "jangan gitu dong Dek, makin imut tauk kalau lo kesel kayak gitu. Ntar gue peluk jangan salahin gue ya."

Lora menghela napasnya berat, menggeleng pelan sambil mundur perlahan. Memperbesar jaraknya dengan Baron.

Ada aturan yang Lora pegang kuat dalam hidupnya. Dan itu tidak akan pernah berubah walau negara api menyerang. Sama sekali tidak akan pernah berubah.

Lora selalu menggunakan kata sapaan 'Lora' untuk dirinya jika ia berbicara pada orang yang lebih tua darinya, baginya itu adalah cara dirinya menghormati orang tersebut. Namun saat Lora tetap menggunakan sapaan 'gue' ketika berbicara dengan orang yang lebih tua darinya, maka di mata Lora ... lawan bicaranya itu tak ada harga sama sekali. Tak perlu untuk dihormati.

Melihat jarak antara dirinya dan gadis lesung pipi semakin lebar, Baron maju untuk mempersempitnya. "Jadi gimana jawaban lo atas perasaan gue? Lo terima gue 'kan?"

Lora tersenyum miring, kali ini ia meniru gaya Baron melipat dua lengannya ke dada. Ujung jilbab biru tosca gadis itu bergerak lembut disapa angin. "Bang Baron mau denger jawaban gue yang pakai koma apa langsung yang pake titik?"

"Maksud lo? Jangan musingin gue ya Lora." Baron menyela heran, "di mana lagi lo bisa dapatin cowok kayak gue ha? Yang selalu siap menjaga lo kapan dan di mana pun."

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang