Keping 16 : Tahajud Pertama Lora

5.1K 400 44
                                    

-siapkan hati dan senyumnya yaaa-

-oh ya, setelah baca chap ini jangan lupa mampir ke insta story Uma Sanul, karena ada sesuatu di sana. Cuma ada satu hari lho, sayang kalau tak dilihat. Linknya ada di bio yaa (zerryizka)-

-gomawo yorobun ^_^-

happy reading

.......................

Bertahan lima belas menit dengan posisi yang sama membuat Ikhsan merasa ingin menghantamkan kepalanya ke dinding. Bagaimana tidak? Lora terus menggenggam lengannya dan tak melonggarkan sedikit pun genggaman itu. Lora jahat, Lora tak tenggang rasa, Lora tak tahu kalau Gus Ganteng kini hampir setengah gila karena ulahnya.

Dua puluh lima tahun hidup Muhammad Ikhsanul Ibram, baru kali ini ia berjarak begitu dekat dengan seorang wanita tanpa tutup kepala selain Sania dan Umanya. Dua puluh lima tahun hidup Muhammad Ikhsanul Ibram, baru kali ini ia mau dengan patuhnya menemani seorang wanita tertidur pulas, padahal ia tak menganggap wanita itu sebagai orang istimewa dalam hidupnya. Tidak sama sekali.

Kalaulah Gus Ganteng adalah penggila platform online berbagi video, mungkin ia sudah menyanyikan 'Lagi Syantik' -nya Siti Badriah saat ini sebagai penggambaran suasana yang tengah dialaminya, memang lagi manja lagi pingin dimanja, pingin berduaan dengan dirimu saja. Ai syudahlah!

Lora masih menggenggam lengan Ikhsan sekuat tenaga. Tidak hanya satu, tapi keduanya, kiri dan kanan. Jadilah Ikhsan seperti melingkupi tubuh wanita imut berlesung pipi itu sambil duduk. Menahan sesak di dadanya. Tak nyaman. Benar-benar tak nyaman.

Menikahi Lora adalah keinginan Umanya. Bertahan dengan Lora untuk selamanya adalah permintaan Abahnya. Tapi tidak bisakah ia punya pilihan sendiri? Mengganti posisi Lora dengan Arini suatu saat nanti?

Ikhsan menghela napas berat. Dadanya semakin terasa terhimpit. Bagaimana pun ia patuh dengan kedua orang tuanya, ia tetap punya hak untuk perasaannya sendiri. Tapi bagaimana pun kuatnya hati Gus Ganteng itu untuk memunculkan senyum mahasiswi manajemen yang sudah ditaksirnya dari lama demi penghibur sesak di dada malam ini, derungan napas Lora selalu berhasil membuyarkan bayangan yang sudah Ikhsan bangun dengan susah payahnya.

Gadis yang kini menggenggamnya erat itu tidur sambil ngorok. Keras dan bersemangat. Ikhsan tak bisa tahan untuk tidak tertawa. Tak peduli lagi dengan senyum Arini dalam benaknya. Mengamati Lora yang mengorok gila ternyata jauh lebih membahagiakan hatinya. Cukup membantu dalam meredakan sesak di dada. Benar-benar efektif.

Lora menggelar pertunjukkan orkestra tenggorokan tanpa tenggang rasa. Sesuka hati, semaunya dia. Tanpa rasa malu, tanpa tahu siapa yang kini duduk menungguinya.

Tidak cukup sampai di situ, dalam derungan keras napas sang gadis, tiba-tiba Ikhsan mendengar suara halus yang berirama, 'tuuuuuuuuut.. pus'. Lora menggunakan tenaga dalamnya untuk memproduksi gas yang mencemari udara. Kentut. Ya, gadis berlesung pipi itu baru saja terkentut. Mengentuti senior tertampan di jurusannya. Mengentuti Gus tervaforit di pesantren. Mengentuti suaminya sendiri.

Ikhsan tak tahu harus menangis atau marah saat ini. Tapi satu-satunya yang bisa dikeluarkannya sebagai bentuk ekspresi nyata adalah tawa. Senior tampan itu tertawa, bahunya berguncang, tak tahan dengan tingkah absurd Lora yang sangat-sangat luar biasa.

Ngorok dan kentut adalah dua aib besar yang tak mau wanita lihatkan pada pria. Sebisa mungkin disembunyikan. Sebisa mungkin dianggap tak pernah ada. Tapi malam ini, tepat dihadapan Ikhsan, Lora memamerkan keduanya. Langsung dan terpampang nyata. Membuat Ikhsan tak tahu lagi harus bagaimana memberikan penilaian terhadap Lora. Gadis itu semakin jauh dari kriteria wanita idamannya. Setidaknya untuk saat ini.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang