Keping 40 : Karena Kamu Penting, Lebih Penting

4.2K 343 130
                                    

(Lebih Dari Egoku)

Aku yang minta maaf walau kau yang salah

Aku 'kan menahan walau kau ingin pisah

Karena kamu penting, lebih penting

Dari semua yang kupunya

Jika kamu salah, aku akan lupakan

Walau belum tentu kau lakukan yang sama

Karena untukku, kamu lebih penting dari egoku

.

-selamat bertualang, semoga suka teman-

-salam dari uma buat semuanya-

-eh ternyata masa iddah kucing uma cuman 72 jam, wkwkwkwk-

-Loranya titip doa mohon dikuatkan. Soalnya tu anak besok mau lomba angkat besi. Eh!-

.

Happy reading

...............

Ikhsan sudah meninggalkan rumah bambu untuk pergi mengajar kelas nonformal sekitar dua puluh menit lamanya.

Sementara Lora kini sedang terduduk nanar di sudut ranjang. Gadis itu baru selesai shalat setelah berjibaku berjuang untuk berulang kali mengambil wudu demi bisa khusuk dalam shalat.

Semua gara-gara pesan Arini. Lora jadi tak bisa shalat dengan tenang karena gadis berlesung pipi itu memilih untuk membaca pesan Arini terlebih dulu.

Lora menyesal mengetahui isinya. Tapi andai saja ia tak mengetahui isinya, mungkin besok-besok ia akan jauh lebih menyesal lagi dari pada hari ini.

Gadis berlesung pipi itu tak tahu harus menangis atau menjerit. Hatinya sedih, tapi tak luka. Pikirannya kacau, tapi tak balau. Ia bingung, tak tahu dengan rasa dirinya sendiri. Atau lebih tepatnya, tak menyangka akan membaca pesan seberani itu dari seorang Arini.

Sejak tadi Lora sudah berusaha menghilangkan semua bayang-bayang buruknya tentang pesan yang Arini kirim untuk Ikhsan. Namun tetap saja sang dara tak sanggup menghilangkannya. Itu selalu nyangkut dipelupuknya, seperti rasa sakit yang hadir saat mengetahui nilai teman yang nyontek jauh lebih tinggi dari pada nilai kita yang sudah belajar tiga hari tiga malam sebelum ujian.

Lora menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya kasar. Merasa kesal tiba-tiba. Jengkel tak karuan. Si lesung pipi sadar diri kalau Ikhsan hanya hak pakai baginya selama enam bulan ini, bukan hal milik. Tapi tetap saja, membaca pesan yang Arini kirimkan itu, mau Ikhsan hak pakai, hak milik, hak dan kewajiban, atau bahkan hak celana sekalipun, Lora tak bisa menerima apa yang Arini pinta pada Ikhsan.

Lalu, jika ia tak bisa terima kenyataan itu, atas dasar apa dirinya bisa mempertahankan Ikhsan? Atas dasar kewajiban seorang istri? Rasa cinta? Rasa iba? Atau rasa-rasanya dia mundur saja?

Lora bingung. Untuk saat ini buyar sudah kehaluan gadis itu pada oppa-oppa tamvan di seberang sana. Sebab mengurus satu oppa ala-ala Padang Pasir di sini sudah menyita banyak pikiran dan energinya.

Besok mata kuliah fisika dasar. Besok ada janji temu tugas laporan soal pembuatan kesimpulan struktur kerja pada bangunan bertingkat, tapi besok sesuai pesan Arini, Ikhsan juga harus bertemu dengan gadis berjilbab anggun itu untuk membahas hal penting yang tak ada pilihan lain selain 'iya'.

Lora cemas tak tanggung-tanggung. Ini belum lewat enam bulan usia pernikahannya, tapi Arini sudah menawarkan kesepakatan pada Ikhsan yang Lora yakin Ikhsan pasti akan sangat setuju dengan kesepakatan itu.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang