Keping 11 : Besan to Besan

4.3K 381 46
                                    

-ada yang rindu tak sama cerita anak Uma? adakah ada?-

happy reading

........................

Lora benar-benar tidur di rumah orang tua Ikhsan. Apakah ini yang namanya keberuntungan? Tertimpa kayu membawamu pada jalan keberkahan? Entahlah.

Kalaulah memang jalan jodoh segampang yang Lora dapati saat ini, siapa pun yang belum punya jodoh sebaiknya merapat. Timpakan kayu pada diri masing-masing, kalau perlu yang sebesar pohon kelapa. Siapa tahu makin besar kayunya, makin top-cer jodohnya. Siapa tahu. Yaaa kalau tidak dapat jodohnya, minimal nyeri punggung sama pembekuan aliran darah dapatlah, ya 'kan?

Lora diletakkan Amira di kamar tamu. Kebetulan rumah besar pemilik pesantren itu punya banyak kamar. Dan Lora tak protes, menurut saja. Toh Amira sangat baik melayaninya, sudah serasa ibu sendiri... eh, Loraaa.

Amira juga membalur punggung Lora dengan minyak sereh. Mengobati gadis berlesung pipi itu agar bangun pagi besok punggungnya tak terasa terlalu nyeri.

Sambil mengobati si cantik, Amira bertanya di mana alamat gadis itu. Lalu bercerita tentang kehidupan pesantren yang dijalaninya. Bercerita tentang apa yang Ikhsan suka dan tak suka. Bercerita tentang betapa bahagianya ia bisa bertemu dengan Lora, dan bercerita tentang... tentang Sania.

Usai Amira membalur seluruh bentangan punggung Lora, gadis itu membalik tubuhnya, menatap Amira dengan penuh rasa hormat dan terima kasih, lalu berkata pelan, "Sania... semoga Allah memberinya surga ya Uma."

Amira tak merespon dengan kata-kata ucapan Lora barusan, ibu hampir paruh baya itu menarik tubuh mungil sang gadis, membawanya dalam rangkulan. Lalu terisak.

Ini malam yang panjang bagi Kepincut Gelora. Benar-benar panjang. Ia tak menyangka dunia perkuliahan mengubah jalan hidupnya begitu saja. Memperkenalkannya dengan keluarga aneh. Ya, aneh. Perkara jodoh hanya sereceh urusan pingsan tertimpa material bangunan.

Lalu, apa kabar dengan GOT7nya? Tentu saja Lora masih menggilai grup itu. Mana mungkin kehadiran Ikhsan yang dadakan bisa menggeser Mark Tuan dari hatinya. Kegilaan seorang fangirl sejati tak akan mudah luntur begitu saja.

Setelah Amira meninggalkan kamar sang gadis, Lora langsung berbaring sambil memutar lagu GOT7 favoritnya, 'Just Right' dan mengikuti lirik nyanyi itu dengan mata setengah terpejam, jigeum chereom manmanmanman man... isseo jumyeon nannannan, baralge eopseuni neon amugeotdo....*

...

Paginya, gadis berlesung pipi itu terbangun karena azan subuh yang berkumandang begitu dekat di telinganya.

Lora berjalan dan mencari Amira.

Kebetulan sekali, saat keluar kamar, Lora mendapati Amira sedang mondar-mandir di ruang tengah sambil memakai mukena.

"Uma mau shalat ke mesjid?" Lora mendekat pada ibu seniornya itu sambil mengucek mata kirinya.

"Oh.. Lora." Amira menghentikan pergerakannya, "iya, tadinya Uma mau shalat di mesjid. Mau bawa kamu. Tapi Uma mendadak bingung."

"Kenapa bingung Uma? Lora mau kok ke mesjid bareng Uma." Lora menjawab polos.

"Anu itu apa eee... di mesjid banyak santri. Terlalu banyak. Kalau Uma bawa kamu, Uma takut nanti kamu jadi bahan pembicaraan." Amira berkata jujur.

"Ya udah, kalau gitu Uma ke mesjid. Biar Lora shalat di sini aja, sekalian beres-beres mau balik ke kosan." Lora merespon perkataan Amira sambil menggulung rambut hitam sepinggang miliknya.

"Tapi Uma pingin bawa kamu ke mesjid. Aduh gimana ya Lora? Kok Uma bingung?" Amira masih ragu dengan pendapatnya sendiri.

"Tadi 'kan Uma bilang kalau Lora ke mesjid ntar jadi bahan gosip, ya udah Lora di rumah aja shalatnya." Lora menjawab dengan nada sopan yang masih terjaga.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang