Keping 57 : Siapa Bilang Penyempurna itu Harus Sempurna?

3.1K 312 63
                                    

(Langit Runtuh)

Walau langit runtuh

Walau bulan jatuh

Tak 'kan ku lepas kau

Pergi dariku, dari hidupku

.

Meski harus mati

Nyawa melayang pergi

Cinta dalam hati

Kau yang miliki, tak 'kan terganti

.

-terima kasih selalu setia menjenguk SingusKecikal di mari, teman-

-dan untuk Kak _bellanm taglinenya Uma pakai di chap ini. Terima kasih banyak ya Kak-

.

Happy reading

..................

Pagi ini tentu saja menjadi pagi yang sangat-sangat berbeda bagi Ikhsan dan Lora. Keduanya tak mau saling tatap apalagi membuka suara untuk bercakap-cakap sejak selesai melaksanakan shalat Subuh tadi. Entah malu atau sedang perang, nampaknya jawabannya akan diketahui sebentar lagi.

Lora asik di sudut ruang tengah dengan onggokan tas dan lembaran laporannya. Menyusun kertas laporan itu bolak-balik meski sebenarnya sekali susun pun selesai. Sengaja memang si kelinci seperti itu, membuang waktu biar terlihat sibuk. Toh hari masih gelap, siap-siap berangkat kuliah rasanya juga terlalu kerajinan.

Sementara Ikhsan, dengan wajah tenang, teduh, dan damai miliknya mengambil sudut lain dari ruang tengah, duduk bersandar di dinding bagian barat sambil memegang Al-qur'an kecil. Nampaknya bersiap hendak mengaji.

Seolah ada sekat di antara sepasang manusia itu, keduanya pura-pura tak saling kenal.

Terlebih Lora yang berakting tak tanggung-tanggung, membuang muka saat ketahuan oleh Ikhsan dirinya sedang melihat ke arah Ikhsan. Lalu mencibiri sang suami tanpa malu-malu sambil membelakang.

Ikhsan hanya menatap hampa istrinya yang bertingkah seperti itu, tak memberi respon apa pun, apa lagi mencibir balik. Dalam diamnya Ikhsan memilih menunduk untuk memulai aktivitas mengajinya ketimbang meladeni tingkah absurd Lora.

Lima belas menit berlalu dalam dunia masing-masing, seolah ada sesuatu yang mengganjal di ginjalnya, si tampan menutup Al-qur'annya dan menaruhnya ke dalam kamar, lalu berjalan menghampiri Lora dengan membawa segudang rasa penyesalan.

Lora yang sadar Ikhsan menghampirinya langsung memutar duduk menghadap arah timur, tak peduli dengan Ikhsan yang mendekat.

"Saya minta maaf Lora. Saya salah." Ikhsan mengeluarkan kalimat penyesalannya yang pertama setelah memastikan jaraknya dan jarak sang istri hanya sejauh tapak sepatu bayi.

Lora sok jual mahal. Diam tak merespon. Masih membelakangi Ikhsan sambil melipat dua tangannya ke dada. Bersidekap rapat.

"Saya benar-benar minta maaf jika kemarin saya membuatmu merasa tak nyaman, Lora." Ikhsan tak menyerah. Dengan kerendah-hatiannya, ia tetap berjuang memperbaiki keadaan antara ia dan istrinya. Tak tahan jika tak dengar celotehan Lora. Sudah candu soalnya.

Lora tak bisa menahan senyum di bibirnya. Kalimat Ikhsan barusan terdengar sangat-sangat tulus dan penuh penyesalan. Maka si lesung pipi membalik tubuhnya agar bisa memberi respon pada sang suami. Namun, saat membalik, seketika ia kaget karena Ikhsan ternyata begitu dekat di hadapannya. "Omo!"

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang