Keping 58 : Ternyata Begini Rasanya

3.8K 305 54
                                    

Happy reading

..................

Selagi Lora mandi dan bersiap, Ikhsan telah selesai melakukan akrobat jarinya menciptakan dua telor ceplok setengah matang di atas piring. Bersenandung ria selama memasak dengan senyum sumringah yang tak bisa ia sembunyikan.

Ikhsan terlalu bahagia nampaknya. Untung Gus Ganteng tidak merapal lirik 'Kopi Dangdut', kalau iya, tak bayanglah Ikhsan menyanyikan lirik kala ku pandang kerlip bintang nun jauh di sana sambil memegang spatula dengan wajah tenang miliknya. Astagfirullah! Geli pasti.

"Sebahagia ini ternyata dicintai balik wanita yang hamba cintai ya Ya Rabb

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebahagia ini ternyata dicintai balik wanita yang hamba cintai ya Ya Rabb." Ikhsan bergumam pelan pada dirinya sendiri. Merasa bangga memiliki Lora di sisinya.

Tapi dalam sekelebat pandang tiba-tiba bayangan Sania mengawang di lensa si tampan saat ia lagi asyik-asyiknya menikmati momen. Datang entah dari mana dan dengan cara apa, bayangan sang adik cukup menyita rasa bahagia Ikhsan tanpa izin. "Andai kamu berjumpa dengan Lora, Dik. Kamu pasti bahagia punya kakak ipar seperti dia. Kamu pasti bahagia."

Sepuluh menit lewat dari Ikhsan meletakkan sarapan ia dan istrinya di atas meja, Lora keluar dari kamar dengan atribut lengkap, tunik hijau toska dan jilbab bewarna senada yang dilengkapi rok payung hitam beludru pada bagian bawahnya. Mendadak anggun memesona, benar-benar layak disebut Nyonya Muda.

"Bang Sanul kok belum beres-beres? Nggak masuk pagi emangnya?" Lora bertanya santai sambil memasang kaos kaki di depan pintu kamar. Mengamati Ikhsan yang masih berdiri dekat meja di sudut ruangan.

Mendengar tanya Lora, Ikhsan langsung menghadap pada si lesung pipi sambil berkacak pinggang dan bertanya balik, "saya bersiap-siap? Bukankah Nyonya Muda menyabotase kamar mandi dan kamar selama dua puluh menit ini? Melarang saya mendekat, megancam akan menggigit kalau saya mendekat. Lalu, bagaimana caranya saya bersiap-siap ha?"

Lora terkekeh pelan, "iya maap maap. Hari ini nggak ulang lagi kok nyabotase ama ngancam gigitnya Gus. Janji. Besok aja mungkin diulang, muehehe."

Ikhsan balas terkekeh mendengar respon sang istri, lalu meninggalkan ruang tengah sambil berpesan dengan nada santai, "di atas meja ada telur ceplok, tapi tak ada nasi atau pun roti. Makan itu untuk mengisi perutmu, nanti kalau kurang kita cari sarapan di jalan."

...

Memastikan semua remeh-temeh terselesaikan, sepasang manusia itu berdiri di depan rumah bambu bersiap-siap hendak berangkat menuju kampus.

Amira tumben tak menyusul anak-menantunya ke rumah bambu, hanya mengirim pesan panjang pada putranya untuk menjaga Lora baik-baik, memastikan si lesung pipi tak pusing, dan meminta mereka pulang sesegera mungkin saat perkuliahan hari ini berakhir.

Ikhsan memanaskan motornya usai membalas pesan sang Bunda dengan kalimat-kalimat penjamin keselamatan Lora. Lalu memberi Lora helm sambil bersuara datar, "nanti itu kalau kamu jadi ketemuan sama Arini, jangan nangis-nangis ya. Malu Lora, kamu udah jadi istri orang. Dan di kelas tolong fokus, pelajaran penting dari apa pun, jangan pikirkan apa yang tak harusnya kamu pikirkan."

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang