Keping 13 : New Life is New Katastrope

5.2K 408 26
                                    

(Akad : Payung Teduh)

Bila nanti saatnya telah tiba, kuingin kau menjadi istriku

Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan

Berlarian ke sana-ke mari dan tertawa

Namun bila saat berpisah telah tiba, izinkanku menjaga dirimu

Berdua menikmati pelukan di ujung waktu

Sudilah kau temani diriku

-ehem ehem, udah dapat undangan belom? Yang mau ikut nikahan ke rumah Lora jan lupa pake masker yah. Maskernya bebas, bengkoang boleh, mentimun boleh, tomat juga boleh-

-buat nak2 Uma semua yg belom dapat undangan tapi pen dateng, silakan minta undanganya ke nomor sepatu masing-masing, dah-

-ingat, besok... Jumat malam... Lora ama Sanul bakalan ee-ee bakalan 'sah' insyaAllah. Jadi biar singkron Uma aplotnya dihari dan waktu yang samaan ya, supaya brasa nyatanya-

Happy reading

..................

Sekarang hari Kamis. Dan anak kelas satu esdeh pun tahu bahwa setelah Kamis pasti hari Jumat.

Bagi Ajeng, Dito, Burhan, hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan karena mereka hanya belajar satu mata kuliah. Tapi bagi Lora, hari ini ibarat hari terakhirnya bisa merasakan indahnya langit biru. Ia tak tahu apa yang akan terjadi besok. Atau lebih tepatnya, ia tak tahu apa yang akan ia hadapi setelah Ikhsan sah menjadi suaminya. Ya, suaminya.

Keluar dari ruangan kuliah, mata Lora sudah berkunang-kunang, kepalanya pusing. Barusan belajar matematika 1, tapi perkara ijab-qabul besok malam menyita lebih banyak energi Lora ketimbang apa yang sang dosen sampaikan.

"Ra, lo ikut makan ke kantin bareng kita 'kan?" Ajeng bertanya sambil menepuk pundak gadis berlesung pipi itu.

Lora mengangguk pelan, menjawab dengan nada suara yang tak bersemangat, "iya, gue ikut."

"Lo kok lemes gitu Ra? Kurang sajen? Atau oppa Mark lo belum ada kabar dari semalem?" Burhan yang baru saja selesai memasukkan buku catatan penuh gambar Dora the Explorer miliknya ke dalam tas sambil berjalan ikut bertanya setelah mendengar suara lemas Lora.

"Nggak, gue nggak kurang sajen Han." Lora menjawab datar, "yok ah, kita ke kantin. Gue pusing ama pelajaran tadi, pen cepet-cepet nyeruput cendol dawet."

"Kalau lo pusing dan nggak ngerti ama yang dosen sampein, kapan-kapan belajar ama gue, Ra. Gue ngerti kok." Dito menimpali ucapan Lora sesegera mungkin sebelum yang lain menikung kesempatannya berbicara. Berdiri bersisian dengan gadis berhijab itu.

Mendengar ucapan Dito barusan, Burhan dan Ajeng yang ada di samping Lora mengangkat kepala mereka, memandang Dito heran. Tapi Ajeng tak bisa menahan bibirnya, gadis berambut sebahu itu berkata sinis, "ooo jadi Lora doang nih ceritanya yang bakalan dikasih privat? Gue ama si Burung Hantu kagak?"

"Burung Hantu? Burung Hantu ini maksudnya Burhan?" Lora menyela cepat.

Ajeng mengangguk, "siapa lagi emang?"

Lora tertawa seketika. Namun wajah Burhan langsung berubah masam, mencerca omongan Ajeng, "gue bukan burung hantu ya Jeng. Ingat! Gue bukan burung hantu."

"Terus lo siapa?" Ajeng bertanya sembarang.

"Gue calon imam yang sholeh buat istri masa depan gue." Burhan membalas sombong.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang