Keping 44 : She Belongs to Me (2)

3.8K 347 137
                                    

-karena ini chapter couple dengan yang sebelumnya, jadi Uma up berdekatan ya, biar nyambung, biar nggak kelupaan-

-terima kasih untuk selalu datang kemari, teman-

-kuy baper syariah bareng-

.

Happy reading

..................

Lima belas menit menginjakkan kaki di rumahnya, Lora kini tengah duduk berdempetan dengan Lestari, paha beradu paha dengan tangan yang saling menggenggam.

"Anak Mama makin cantik aja, senang ya dapat keluarga baru?" Lestari berbisik lembut di dekat cuping si cantik.

Lora tersenyum lebar, tapi tak menjawab tanya sang Mama. Hanya mengangguk pelan memberi isyarat.

"Ikhsan gimana anaknya, Ra? Dia suami yang baikkan?" Ridwan yang duduk di seberang dua wanitanya itu ikut bertanya.

Lora menghadapkan wajahnya pada sang Ayah, lalu menjawab sambil bersemu entah mengapa, "Bang Sanul... Bang Sanul... luar biasa, Pa."

"Ciye ciyeeeee, ngomong ya ngomong aja Ra, pipi jangan dipakein blush on napa?" Asra yang baru datang dari belakang ikut bergabung bersama keluarga kecilnya, membawa sekotak keripik kentang di tangan.

Usai mendengar celetukan Asra, Lestari langsung mengalihkan pandangannya pada wajah Lora. Dan mendapati Asra tak membuat-buat apa yang diucapkannya, Lestari bertanya heran pada sang dara, "eh iya, kok pipi kamu merah?"

"Gimana nggak merah Ma, orang Papa nanyain lakiknya." Asra berceletuk santai. Setelah itu melempar adiknya dengan remahan keripik sambil berkata menggoda, "rindu ya Ra? Baru satu jam pisah."

"Bang Asra apaan sih ngomongnya?" Lora merasa kesal dengan godaan sang kakak, "iri ya? Makanya cari istri!"

"Ups!" Ridwan menutup mulutnya sambil menyipitkan mata, "Asra kebobolan enam kosong gaes."

"Papa...." Asra mendengus sedih.

Lalu ruangan itu dipenuhi canda tawa yang tak henti-hentinya usai semua orang menyinggung nasib jomblo Asra.

Tapi dalam suasana santai itu, entah apa yang merasuki Lora, si lesung pipi bertanya hal penting yang membuat tawa dalam ruangan seketika terhenti. "Ma, Pa, waktu itu Mama ama Papa 'kan nggak setuju buat nikahin Lora ama Bang Sanul. Terus Bang Asra si biang kerok datang buat yakinin Mama ama Papa, tapi Papa masih ragu. Lalu Mama ama Papa izin sebentar ke belakang buat diskusi. Emangnya diskusi apa? Kok tiba-tiba balik pas denger jawaban Bang Sanul langsung setuju aja?"

Mendengar ucapan sang gadis, Ridwan dan Lestari saling tatap kode-kodean.

"Emangnya ada kaitan apa diskusi Mama dengan jawaban Bang Sanul?" Lora kembali bertanya mendesak.

"Gini Lora, waktu itu Papa 'kan pernah bilang rahasia ke kamu soal apa yang kami diskusikan. Maka sekarang sebaiknya masih dirahasiakan saja ya!" Ridwan membantu Lestari yang tak mampu menjawab desakan putrinya.

Lora manyun seketika, "bilangin aja apa susahnya Pa? Lagian Lora 'kan udah nikah ama Bang Sanul." Lora bertingkah bocah tak kira-kira, menghentakkan kakinya kuat-kuat ke lantai.

"Kamu tahu hukum rahasia Ra?" Asra tiba-tiba menyela usai memperhatikan tingkah adiknya yang sudah mulai kehilangan kewarasan. "Rahasia tidak lagi rahasia namanya kalau sudah bocor."

"Itu mah orok juga tau Bang!" Lora membalas kesal ucapan Asra.

"Makanya jangan desak Mama ama Papa 'lah!" Asra pantang kalah membela pendapatnya.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang