Keping 2 : H-1 Sebelum Upacara Penerimaan

6.8K 461 25
                                    

happy reading

.......................

Lora yang dengan istiqomahnya meyakinkan sang mama untuk pindah dari rumah, ngekos, akhirnya dapat izin. Dan hari ini keluarga kecil itu mengantar anak gadis mereka cari kos-kosan.

Sebenarnya izin untuk dapat hidup mandiri sulit Lora dapatkan mengingat beberapa hal. Satu, mama dan papa Lora sangat tahu anak gadis mereka seperti apa, ratunya halu, maka jika dilepas tanpa pengawasan, sang mama khawatir Lora akan menjadi korban ketidak-adilan zaman. Dua, Lora itu tidak bisa apa-apa selain megang hp dan rebahan. Lalu siapa yang akan mencukupi keperluannya jika ia tinggal sendiri? Tiga, jarak dari rumah Lora ke kampus tempat ia berkuliah hanya 17 kilometer, bisa ditempuh dengan motor atau angkutan umum.

Namun bukan Kepincut Gelora namanya kalau menyerah. Gadis berlesung pipi itu membujuk Asra, kakak laki-lakinya selama lima hari lima malam sebelum jadwal kuliah dimulai untuk meyakinkan mama dan papa mereka bahwa dia sanggup hidup mandiri.

Lora muncul di kamar Asra sambil pakai mukena putih, menghantui sang kakak, "Bang... belain adikmu Bang, bujuk mama bang. Hi hi hi." Lora juga ada di depan pintu saat Asra baru pulang kerja, "Bang, tolong Lora bujuk mama, Bang."

Lora ikut di dalam piring Asra saat lelaki jangkung itu makan, Lora masuk ke dalam kamar mandi sang kakak, Lora ada di bawah kolong tempat tidur Asra, Lora nongol di dalam selimut Asra, Lora bergelayutan di lemari baju Asra, Lora nangkring di dekat meja kerja Asra, pendek kata Lora memenuhi semua pemandangan Asra.

Akhirnya kakak tampan nan bajigur itu tak bisa untuk tak menuruti permintaan adik nyinyirnya. Membujuk sang mama, Lestari, untuk memberikan izin pada Lora. Meyakinkan sang papa, Ridwan, untuk memberikan kepercayaan pada Lora.

Hebatnya Asra kalau sudah bicara dengan orang tuanya, keduanya seolah-olah hanyut dan terbawa arus. Patuh begitu saja. Bagaimana tidak? lah wong Asra menyampaikannya penuh keyakinan berapi-api bak sales MLM, tentu saja Lestari dan Ridwan termakan omongan.

Maka hari ini, di sinilah Lora, Lestari dan Ridwan berdiri. Di depan rumah tiga lantai berwarna kuning berkanopi hijau.

"Kamu yakin mau kos di sini, Ra?" Ridwan bertanya pada Lora saat keluar dari mobil.

"Coba nego harga dulu, Pa." Lestari menyela cepat.

Lora menatap Ridwan dengan mata berbinar, "yakin Pa." Lalu mengalihkan pandangannya pada sang mama, "jangan nego Ma, yang ini aja. Ya ya ya."

"Ntar kemahalan Ra." Lestari membantah, "kami harus ngeluarin uang tambahan buat biaya kos, sebenarnya 'kan percuma. Coba kamu tinggal di rumah, uangnya bisa kesimpen."

"Ish Mama... anak yang sekolah cuman Lora doang kok medit demit melilit sih?" Lora menghentakkan kakinya. Manyun.

Lestari yang mendengar ucapan anak gadisnya itu langsung memberikan hadiah sayang pada Lora, mencubit lengan gadis manis berlesung pipi itu. "Hebat mulutmu yaaa."

"Siapa dulu dong, anak Papa.... Ya kan Pa?" Lora menjawab cepat sambil menggosok lengan bekas cubitan sang mama.

Ridwan ternganga seketika melihat tatapan mata Lestari yang tiba-tiba seolah ingin mencekiknya, bersuara patah-patah, "bu-bukan Ma... Lora jangan didengar."

Usai percakapan unfaedah itu, mereka bertiga memasuki halaman rumah berlantai tiga itu, lalu kembali keluar seketika karena di balik gerbangnya tertulis 'HANYA MENERIMA MEREKA YANG TAK MEMILIKI RAHIM -KOS PUTRA-'

Lora dan Ridwan, usai keluar dari gerbang itu tertawa terpingkal-pingkal. Hanya Lestari yang tak mengubah ekspresinya sama sekali.

"Aduh Pa, perut Lora Pa..." Lora masih tertawa, "kreatif sekali orang zaman sekarang buat iklan."

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang