Keping 49 : Badum ... Badum

3.4K 373 129
                                    

-baper syariah bareng kuy-

-jika tak kuat membacanya sampai habis, silakan lambaikan tangan dan matikan gadget teman-

-mimisan atau kejang-kejang, uma tak bertanggung jawab untuk keduanya-

-jauhkan benda-benda tajam dari dekat teman2-

-coret chapter ini sebanyak mungkin jika penasarannya sudah menembus langit kelima-

.

Happy reading

..................

Lora, usai mendengar kalimat Ikhsan yang dengan lantang mengatakan bahwa Ikhsan akan menembaknya secara resmi malam ini untuk menjadikannya istri yang sebenar-benarnya istri, mundur dua langkah ke belakang sambil mengangkat gaun kembangnya, berdecak heran, "haaa?"

"Kenapa dengan wajah terkejut itu? Tak suka kalau saya berterus terang?" Ikhsan bertanya dingin. Menantang wanitanya.

Lora menggeleng cepat, susah payah menelan salivanya.

"Harusnya kamu tersentuh, bukan malah terkejut. Kamu perempuan pertama yang saya perlakukan seperti ini Lora." Ikhsan menimpali datar. Lalu menyambung kalimatnya di dalam hati, "dan asal kamu tau, bagi saya ini benar-benar gila."

"Bang Sanul mau nembak Lora buat jadi istri?" Lora bertanya sambil melepas genggaman pada gaunnya. "Bang Sanul udah cek kesehatan? Periksa saraf gitu? Mana tau ada kabel yang goyang di dekat tengkuk Abang. Mau Lora temenin ke dokter kandungan buat ngeceknya besok? Iya?"

Ikhsan tertawa lebar. Tanya Lora barusan benar-benar sukses mengocok perutnya.

"Dibantu buat sembuh kok malah ketawa?" Lora mendumel, menghentakkan bibirnya ke depan. Persis seperti lele yang kurang makan. Kelaparan.

Ikhsan maju dua langkah, memanjangkan lengannya untuk menjangkau sang istri, lalu menepuk pelan pucuk kepala istrinya sambil berucap lembut, "untung Allah kirim kamu ke saya, kalau ke orang lain, saya tak bisa jamin bagaimana nasib Indonesia ke depannya."

"Wah benar-benar miring nih si Abang." Lora menjawab asal, mundur satu langkah demi tak terlalu dekat dengan si tampan.

"Kamu yang miring." Ikhsan membalas dengan tatapan usil, "tiba-tiba muncul dalam kehidupan saya dan membuat saya ikut jadi miring."

Dan kalimat Ikhsan barusan sukses membuat Lora tertawa renyah, lupa kalau tadi ia sempat terkejut dengan kata-kata sang suami.

"Jadi bagaimana Lora? Sudah siap mendengarkan saya dengan baik?" Ikhsan memotong tawa sang gadis, dengan lihai mengembalikan pembicaraan mereka pada fokus utama.

"Dengerin Bang Sanul nembak Lora buat jadi istri? Iya?" Lora bertanya balik usai Ikhsan berhasil menghentikan tawanya.

Ikhsan mengangguk pasti. Menatap Lora tajam.

"Jangan ngaco deh Bang." Lora membalas ketus, "jangan ngomong yang aneh-aneh lah."

Ikhsan, demi mendengar sanggahan ketus Lora langsung membelalakkan matanya. Harga dirinya serasa hancur tak bersisa. Tak menyangka Lora akan berkata seperti itu padanya setelah ia dengan jujur menyampaikan niatnya untuk menembak Lora untuk menjadi istrinya yang asli.

"Kita nggak pakai seperangkat alat tulis waktu itu kan Bang? Kenapa Bang Sanul jadi gesrek gini tiba-tiba?" Lora bertanya heran, menautkan dua alisnya rapat-rapat. "Bukankah Kepincut Gelora binti Ridwan Alkalil ini udah diserahin ke Ikhsanul secara resmi? Kurang istri apa lagi dia Bang?"

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang