Keping 4 : Ujian Ngampus Lora

5.4K 432 10
                                    

-karena ini adalah work spiritualromance, maka cerita ini akan berputar pada hubungan dalam ikatan halal-

-so, silakan nikmati setiap suguhan ceritanya-

-semoga banyak kebaikan yang bisa diambil-

happy reading

......................

Usai menyepakati apa yang menurut Lora sangat membahagiakannya, gadis berlesung pipi itu meninggalkan Ikhsan yang berjalan pelan di belakang sambil mengurut pelipisnya berkali-kali.

Di tangan Lora, jaket abu-abu berlogo GOT7 terlilit indah. Hati gadis itu bahagia tak terkira. Apa yang menjadi miliknya kembali lagi padanya.

Namun saat Lora kembali masuk ke dalam barisannya untuk melanjutkan sesi perkenalan. Semua orang memberinya jalan seolah ia adalah ibu-ibu pejabat yang sedang lewat. Segan bila langkah Lora terhalang oleh lutut atau wajah jomblo mereka.

Lora menahan heran dalam dadanya, berusaha sebodo amat walaupun di dalam hatinya bertanya-tanya. Sementara perkenalan tetap berlanjut, giliran Ajeng, Burhan, dan Dito telah selesai saat Lora ikut ke sudut lapangan dengan Ikhsan tadi.

Lora sampai di tempat duduknya, langsung duduk di samping Ajeng dan bersuara, "kenapa semua orang liatin gue kayak gitu, Jeng? Terus ngasih jalan gue pas lewat lagi."

"Gimana kagak, lo ama Bang Ikhsan udah buat geger ni barisan." Ajeng menyela cepat, menggeser duduknya sedikit, memberi ruang lebih lepang untuk Lora, "tukar-tukaran baju, pacaran ala orang sholeh, nikah dini, ah pokoknya macam-macamlah gosip tentang lo ama Bang Ikhsan dalam sepuluh menit ini."

"Bahaya ya pikiran netijen." Lora menimpali. "Orang gue ama Bang Sanul... eh Bang Ikhsan nggak ada apa-apa kok. Cuman punya urusan kecil doang."

Lalu Ajeng menatap Lora dari atas hingga bawah, mendekatkan wajahnya, "tapi lo bener nggak ada apa-apa 'kan ama ntu senior incaran cewek sekampong?"

"Sumpah demi ketek srigala, Bang Ikhsan dan gue nggak ada hubungan apa-apa." Lora meyakinkan teman satu jurusannya itu, "percaya deh Jeng."

"Iya ya... gue percaya, lo 'kan ngincer oppa Mark." Ajeng menyanjung cita-cita teman barunya itu.

"Nah itu lo tau." Lora merespon bangga.

Mereka masih duduk di tengah lapangan mendengar beberapa arahan dan penjelasan dari Baron mengenai aturan satu semester yang harus mereka patuhi untuk diakui sebagai anggota HIMA (Himpunan Mahasiswa) Jurusan Teknik Sipil. Pengarahan dari Adnan tentang kepengurusan HIMA, dan penjelasan dari Ikhsan tentang unit organisasi yang ada di jurusan teknik sipil.

Diantara tiga senior yang memberi pengarahan itu, hanya Ikhsan yang membuat hati semua mahasiswa baru tenang dan nyaman. Senior berwajah gebetabel itu benar-benar menyampaikan pengarahannya dengan bahasa yang santai, no ngegas, dan sangat interaktif.

Dito dan Burhan pun sangat menikmati saat Ikhsan menyampaikan pengarahan, aktif bertanya apa bedanya organisasi unit yang ada di jurusan dengan organisasi utama yang ada di universitas.

Saat Ikhsan hampir mengakhiri sesinya, lelaki berwajah paripurna itu membacakan dua ayat Al-qur'an sebagai penutup, dan suaranya sangat membius seluruh mahasiswa yang mendengar. Hanya para senior yang membangga, merasa beruntung ada Ikhsan di tengah-tengah gersangnya jiwa bujang lapuk teknik.

Usai Ikhsan menutup pidatonya, Ajeng berbisik pada Lora, "lo beneran nggak ada apa-apa ama abang surga itu 'kan Ra?"

Lora menatap Ajeng dengan tatapan garang, "gue bilang nggak ya nggak Jeng." Lora menggeleng pelan lalu bertanya balik pada Ajeng, "emang kenapa lo tanya itu mulu?"

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang