Keping 21 : Terbongkarlah Sudah

4.6K 370 59
                                    

(You Are My Everything)

You are my everything

Byeol cheoreom sodajineun unmyeonge

Guedaeraneun sarameul mannago

Meomchwobeorin nae ga seumsoge

Dan hanaui sarang

You are my everything

Happy reading

..................

Grup musik marawis masih menggila dengan nyanyian Man Ana-nya di seberang tenda utama. Sebagian para santri ada yang menikmati pertunjukan marawis itu, sebagiannya lagi berkeliaran seperti laron, dan sebagiannya duduk termenung menatap ke arah pengantin mereka.

Sementara di kursi bersanding kini, Lora sedang susah payah menyusun huruf dalam kepalanya untuk menjawab pertanyaan si tampan yang duduk di sebelahnya.

Kalaulah Lora punya pilihan bantuan untuk telepon teman atau hilangkan dua jawaban salah seperti diacara 'Siapa Ingin jadi Milioner' yang pernah diputar disalah satu siaran televisi nasional pada zaman baheulak dulu, pasti Lora tak akan pusing seperti sekarang. Setidaknya ia punya alternatif jawaban untuk menyelamatkan diri dari pertanyaan Ikhsan. Tapi sayangnya Lora tak memiliki pilihan bantuan itu. Sama sekali tak punya. Gadis itu harus berjuang sendiri menghadapi pertanyaan sang suami.

Ikhsan yang mendapati wajah Lora semakin menguarkan aura tak nyaman langsung menggeser duduknya sedikit ke arah si cantik dan kembali bertanya, "Ada apa Lora? Kamu kenapa ha? Siapa yang barusan meneleponmu? Apa ada sesuatu yang buruk terjadi?"

Mampoos! Lora masih belum tahu harus menjawab apa. Gadis itu spontan menundukkan wajahnya. Jari-jari tangannya gemetar. Mencoba pura-pura tak dengar Ikhsan bertanya apa.

"YA KEPINCUT GELORA!" Ikhsan mengangkat suaranya, tajam menatap gadis itu, "kenapa diam saja? Saya bertanya kepadamu. Apa susahnya menjawab satu atau dua kalimat?"

Mendengar Ikhsan mengangkat nada bicaranya, Lora tersentak sedikit. Namun, belum sempat gadis itu menjawab, ponselnya kembali berdering. Kali ini Dito yang menghubungi sang dara.

Mendengar bunyi ponsel kembali berdering, baik Ikhsan mau pun Lora saling tatap spontan. Mereka berdua sama terkejutnya.

Tapi Ikhsan mencoba bertingkah dewasa, lelaki tampan itu menyuruh sang istri untuk mengangkat panggilan telepon yang masuk, "angkat dulu panggilan masukmu. Siapa tahu penting."

Perkataan Ikhsan barusan membuat Lora sedikit lega. Setidaknya, ia dan Ikhsan tak harus bersitegang hanya karena masalah panggilan telepon.

Namun, saat mata gadis itu mengamati nama siapa yang tengah memanggilnya, Lora kembali terkejut. Ia pikir Ajeng menghubunginya kembali, tapi ternyata ini tidak, malah Dito yang tengah menghubunginya.

Karena Ikhsan duduk dekat dengan si lesung pipi, maka Ikhsan juga bisa membaca dengan jelas siapa yang tengah menghubungi Lora. Mana posisi duduk Ikhsan tinggi lagi dari Lora, maka bertambah gampanglah si tampan mengintip layar ponsel sang dara.

Mengetahui yang menghubungi Lora adalah Dito, Ikhsan langsung menarik wajahnya heran dan spontan mengambil ponsel yang berdering itu dari tangan Lora. Kata-kata bijaksananya tadi seolah sirna, niat baiknya untuk membiarkan Lora mengangkat telepon hilang entah kemana.

Ikhsan ingat, Dito adalah si junior berkaca mata yang dengan lantang mengaku bahwa ia dan Lora berpacaran.

Lora yang mendapati ponselnya sudah berpindah ke tangan Ikhsan langsung menghadapkan tubuhnya pada sang senior, bertanya kesal, "kok Bang Sanul ambil ponsel Lora? Kembaliin sini! Kembaliin Bang!"

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang