Keping 60.B : Gus Siapalah Itu?

3.6K 373 113
                                    

(Menua Bersamamu)

Cinta kita memang tidak semudah yang dibayangkan

Dulu kita saling menyakiti dan hampir menyerah

Tapi kini kita ada tuk saling menyempurnakan

Ku berdoa untuk bisa hidup dan menua bersamamu


.

Happy reading

..................

Senja yang luar biasa, anggap saja begitu.

Untuk pertama kalinya Ikhsan pontang-panting mempersiapkan sesuatu yang perfect sebelum ia memberikan tausiah. Maklum, Nyonya Muda akan melihatnya nanti. Tak mungkinkan Gus Ganteng tampil memalukan di depan orang paling penting dalam hidupnya? Bisa-bisa malu sebulu betis kalau memang iya.

"Bang Sanul mandi plus luluran ya Bang? Kenapa dari tadi nggak keluar-keluar? Lora udah siap ganti baju ama nyapu rumah nih. Ntar lagi magrib loh Bang." Lora berteriak dari balik pintu kamar mandi sambil berkacak pinggang setelah mendapati Ikhsan tak kunjung keluar dari kamar mandi.

Ikhsan, demi mendengar teriakan si lesung pipi dari balik pintu kamar mandi langsung terkejut. Dan sialnya, karena terkejut Ikhsan jadi kehilangan keseimbangan, menginjak sembarang busa sabunnya yang berserakan, terhuyung mundur dan ... dan ...terjatuh. Si tampan tersandar di dinding bak mandi. Terduduk pilu sambil meringis memegangi pahanya setelah bunyi gedebuk berkumandang.

"Bunyi apa barusan Bang? Bang Sanul bawa nangka masuk kamar mandi? Kok Lora denger ada bunyi gedebuk gitu? Bang Sanul nggak jatuh 'kan Bang?" Lora bertanya panik, kakinya ia hentak-hentakkan tak seirama ke lantai.

Ikhsan diam, menahan lidahnya dengan menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

"Bang Sanul! Bang Sanul mandi apa mati Bang? Jawab Lora napa?" Lora mendesak suaminya untuk buka suara. Penasaran sebenarnya apa yang sedang terjadi pada Ikhsan di dalam sana.

Ikhsan mengurut tubuh bagian belakangnya dengan cepat, lalu didetik berikutnya berusaha menumpukan lengannya pada tepi bak mandi untuk membawa tubuhnya berdiri.

"Bang Sanul kenapa Bang? Bang Sanul baik-baik aja 'kan?" Lora semakin cemas tak terkandali setelah tak kunjung mendapatkan jawaban dari Ikhsan. Si lesung pipi memegang kalap gagang pintu kamar mandi, memutarnya sekuat tenaga dan mendorognya cepat, "Lora masuk ya Bang."

Mengetahui gagang pintu berputar, Ikhsan yang masih berjuang membawa tubuhnya berdiri berteriak histeris, "JANG-"

Terlambat, pintu kamar mandi yang tak bisa dikunci itu kini telah terbuka, dan tersangkanya tengah ternganga lebar menatap ke sosok yang sedang bertumpu pada tepi bak mandi dengan busa memenuhi seluruh bentangan tubuh.

"Saya baik-baik saja. Tutup lagi pintunya. Menjauh dari saya Lora." Ikhsan bersuara serak sambil menahan malunya yang sudah memuncak melebihi ubun-ubun. Lora melihatnya dalam keadaan paling lemah, bergelimang busa dan butuh tumpuan bak mandi untuk berdiri. Argh! Di mana letak harga diri raja hutannya?

Mendengar suara aneh yang keluar dari kerongkongan Ikhsan, Lora tersadar seketika. Bukan hanya Ikhsan, ia pun kini merasa malu semalu-malunya, tapi apa boleh buat, ia tak bisa mundur dan lari terbirit-birit seperti yang biasa terjadi disinetron-sinetron pasutri kawin paksa. Makin cepat ia kabur, tidakkah makin ketahuan bahwa ia tengah malu?

"Lo udah terlanjur buka pintu ini Lora. Kalo lo mundur, berarti lo lemah. Kalo lo maju, fix lo mesum. Mending dikenang mesum dari pada dikenang lemah 'kan?" Setengah hati Lora berkata bak ifrit yang kejepit batu, terkekeh kejam. Tapi setengahnya lagi ceramah bagai biadadari nyungsep dari kayangan, "tundukin kepala lo Lora, minta maaf dan bilang lo nggak ada maksud buat buka pintu, lalu tutup pintunya pelan-pelan sambil menjauh dari kamar mandi."

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang