Keping 34 : Dipencarian Rasa

3.2K 317 104
                                    

(Hold on I Still Need You)

Hold on, I still want you

Come back, I still need you

Let me take your hand

I'll make it right

I swear to love you all my life

Hold on, I still need you

.

Happy reading

..................

Ajeng dan Burhan yang ditunggu tak kunjung kembali. Di ruangan unit kesehatan jurusan kini hanya ada Dito dan Lora. Mahasiswa yang jadi petugas jaganya mungkin sedang beristirahat, atau malah tak masuk. Sepi sekali soalnya.

Sudah biasa seperti ini. Karena unit kesehatan itu hanya digunakan sebagai tempat untuk penanganan kasus ringan para mahasiswa yang membutuhkan pertolongan cepat, maka tak terlalu menjadi sorotan pihak kampus untuk menempatkan pegawai tetap di sana.

Lagian kalau ada mahasiswa yang sakit perut atau pusing, mereka hanya butuh istirahat sejenak di unit kesehatan itu untuk kemudian kembali masuk menyambung perkuliahan mereka. Tidak ada yang terlalu diharapkan, atau tepatnya tidak ada penanganan medis profesional di sana.

Obat luar tersedia sebutuhnya saja, minyak angin, salep luka, obat merah, kain kasa dan plaster kain. Sementara untuk obat minum tak disediakan sama sekali, karena harus sesuai dengan ketentuan dan anjuran dokter maka pihak kampus tak berani meletakkan obat generik atau pun obat paten di sana.

Ruangan unit kesehatan itu hanya berukuran enam kali tiga meter, dengan empat ranjang tunggal yang berderet horizontal dari pintu masuk dan sebuah lemari penyimpanan setinggi dua meter di sudut barat ruangan itu.

Dito meletakkan Lora di ranjang paling pinggir, nomor empat dari pintu masuk.

Gadis berlesung pipi itu berbaring sambil menahan nyeri pada pergelangan kaki kanannya. Namun karena perasaannya tak nyaman berbaring saat dilihat Dito yang berdiri, Lora mengangkat tubuhnya untuk duduk.

"Nggak usah maksain untuk duduk Ra. Baring aja dulu." Dito yang menyadari gerakan Lora bersuara cepat untuk mencegah.

"Gue duduk aja Dit. Nggak enak soalnya." Lora membantah tanpa mempedulikan wajah Dito yang cemas menatapnya.

Dito kalah cepat dari gerakan Lora, gadis itu sudah utuh duduk di pinggir ranjang dengan kaki terjuntai sambil menatap Dito yang berdiri di depannya.

"Mau gue pijatin lagi kaki lo?" Dito bertanya ramah menawarkan diri.

Lora diam sejenak, entah mengapa perasaannya mendadak tak nyaman. "Nggak usah, udah agak mendingan kok. Tadi 'kan udah lo pijatin juga."

"Atau gue pakein lo minyak sereh ya? Mungkin ada di kotak obat. Gue ambil sebentar." Dito berkata sambil berlalu, tak hirau keberatan yang terpampang di wajah Lora.

Hanya dua menit, lelaki berkaca mata dengan rambut bergelombang belah tepi itu kembali ke ranjang sudut sambil membawa sebotol minyak urut di tangannya.

"Gue balur ya Ra?" Dito bertanya sopan pada sang gadis.

Lora tak langsung menjawab, ia hanya menatap Dito hampa. Entah mengapa dia ingin orang lain yang ada di sini untuk membalurkannya minyak urut itu, bukan Dito.

"Ra..." Dito memanggil pelan nama gadis itu, lalu membawa tubuhnya merendah.

Lora masih bingung dalam lamunannya.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang