Keping 5 : Gus Ganteng

4.6K 409 20
                                    

-terima kasih karena masih setia membaca cerita ini, teman-

happy reading

.......................

Menjelang pukul dua siang Lora sampai di kosannya, ganti baju, shalat, dan langsung rebahan sambil memegang hpnya. Tak lupa menyetel lagu-lagu GOT7 seenak maunya dari laptop.

Lora tertelentang di atas kasur, memandangi poster GOT7 yang terpampang di dinding kamarnya. "aduh... napa ambisi cari cogan Lora ilang gegara abang muka dua itu yaaa? Percuma dong masuk teknik kalau tetep aja nggak jadi idola kaum adam. Ngapa Lora nggak pilih biologi aja, yang nggak banyak angka-angkanya. Arrrghh. Sanul.... Sanul... napa orang sepertimu harus ada ha?"

Siang itu sampai menjelang sore dan sore sampai hampir malam, Lora sama sekali tak membuka bahan kuliahnya. Fisika dasar? Ayolah... apa-apaan itu?

Si gadis berlesung pipi malah asik dengan telepon pintarnya, berselancar mencari tampang-tampang aduhai kegemaran remaja putri masa kini. Namun entah dimenit keberapa, Lora teringat kata-kata Ikhsan tentang pemuda keren yang telah terjamin kekerenan mereka hingga akhir masa. Lora ingin cari tahu, tapi karena daya ingatnya yang lemah, Lora lupa nama pemuda yang Ikhsan sebutkan tadi. Benar-benar tak ingat sama sekali. Lalu memilih untuk memutar drama Korea dan menontonnya... hingga dini hari.

Lora melanggar janjinya dengan sang mama. No bergadang, no mengkhayal, serius belajar, nampaknya tak dapat Lora penuhi.

...

Paginya, karena tidur terlalu larut, shalat subuh Lora kesiangan. Gadis itu sedikit pusing dan bergegas melakukan shalatnya yang sudah hampir diujung waktu dengan mata yang setengah terpejam dan setengah terbuka.

Usai shalat Lora segera berkemas-kemas, tak lupa ia menyapa oppa Marknya yang ada di dinding kamar, mengelus poster itu sebentar, lalu pergi meninggalkan kosan. Sarapan diluar.

Lora ada jadwal kuliah pukul setengah delapan pagi ini, kampusnya kebetulan hanya sepelemparan batu dari kosannya. Maka Lora bisa sedikit santai saat sarapan.

Si gadis tak punya teman, semua orang disekitarnya adalah orang asing dan tak satu jurusan dengannya. Tapi Lora yang biasa tak pedulian dengan orang lain merasa santai-santai saja dan tak mau ambil pusing. Toh dia nyaman dengan urusannya sendiri.

Lora menunggu bus di gerbang bawah kampus usai sarapan. Jalan kaki ke jurusannya terlalu melelahkan. Kalau ada bus kampus yang gratis, mengapa tak dimanfaatkan?

Lima menit menanti bus dan sepuluh menit berdiri di dalam bus, Lora akhirnya sampai di gedung tempat ia akan kuliah pagi ini.

Di sana barulah Lora merasa ada sosok yang dikenalnya, Burhan dan Dito juga baru turun dari bus yang ada di depannya.

Mereka bertiga bergabung, saling sapa dan berbicara sekenanya.

"Ajeng mana Ra? Kok lo sendiri aja?" Burhan bertanya sambil membuka plastik permen kacangnya.

"Gue nggak satu kosan sama Ajeng, mana gue tau." Lora menjawab cepat, "lo rindu si Ajeng?"

"Rindu? Sorry lah yaw." Burhan membalas cepat.

Dito berjalan di tengah, antara Lora dan Burhan. Mereka bergegas menuju gedung tempat mereka kuliah. Namun pagi ini mata Dito tak lepas dari memandang Lora. Entah mengapa, melihat Lora membuat semangat kuliah Dito naik berkali-kali lipat. Lelaki berkaca mata itu berulang-ulang membenarkan anak rambutnya, mencoba terlihat keren dimata Lora meski Lora tak melihatnya.

Mereka masuk ke dalam gedung, ternyata Ajeng sudah duduk di sana, ambil bangku paling depan. Mengetahui tiga temannya memasuki ruangan, Ajeng langsung melambai. Kebetulan si tomboi sudah menyediakan tiga bangku kosong untuk tiga orang itu.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang