-siap ketemu ama bucin gesrek Uma, teman?-
-semoga ada kebaikan yang didapat-
.
Happy reading
..................
Di parkiran gedung bersama, tiba-tiba ada banyak pasang mata yang menatap Ikhsan, Lora dan Arini kini. Bagaimana tidak? Mereka benar-benar mencuri perhatian. Sepasang bergencetan sementara yang satunya menangis di belakang yang bergencetan. Untungnya tak ada mahasiswa yang sok pahlawan ikut campur, mereka hanya melihat, tak ingin terlibat. Tak tahu soalnya apa yang sedang terjadi.
Ikhsan masih mengguncang bahu Lora, menatap panik wajah gadis itu. Memanggil-manggil nama si gadis, sebisa dirinya berusaha membuat Lora kembali membuka matanya.
Hanya saja tanpa Ikhsan sadari, Arini yang sudah mengelap air matanya maju menghampiri, lalu bersuara serak menawarkan solusi, "sembilan puluh meter dari gedung ini ada sekretariat anak-anak PMI, San. Saya bisa bawa kamu ke sana, kalau saya tak salah ada mahasiswa koas dan perawat yang piket buat tugas kuliah mereka di klinik yang ada di sekretariat itu."
Mendengar tawaran Arini barusan, Ikhsan langsung mengangkat tubuh istrinya tanpa berpikir-pikir terlebih dahulu, menggendong Lora dengan memepetkan gadis itu ke dadanya. Satu tangan si tampan di bawah betis Lora, dan satunya lagi melingkupi punggung sang dara. Lalu berkata datar menimpali Arini, "bawa saya ke sana."
"Baik." Arini mengangguk pelan. Mengambil posisi sebagai penunjuk arah. Berjalan sedikit lebih di depan dari Ikhsan.
Karena ini adalah jam pulangnya mahasiswa, tentu saja aksi Ikhsan yang menggendong Lora benar-benar mendapat fokus lebih. Mereka yang naik motor sengaja melambatkan laju motornya hanya untuk melihat pemandangan romantis yang sedang live di sepanjang gedung bersama, pun juga demikian dengan mereka yang mengendarai mobil. Belum lagi yang berjalan, mereka saling berbisik-bisik malu pada teman sebelahnya dengan mata yang menatap lurus ke arah Ikhsan.
Ikhsan yang sadar tingkahnya menggendong sang istri di sepanjang jalan menjadi perhatian banyak mata tak membiarkan orang-orang tahu seperti apa rupa wanita yang sedang digendongnya itu, dengan menggerakkan lengan kanannya yang menjadi tempat kepala Lora bersandar, Ikhsan menggoyang sedikit ruang antara kepala Lora dan lengannya, membuat wajah Lora utuh terlipat ke arah dadanya. Tersembunyi dari mata yang melihat mereka.
Jika nanti-nanti gosip bertebaran tentang dirinya yang menggendong seorang wanita, setidaknya hanya ia yang akan dikenang orang-orang, dibicarakan dari atas sampai bawah, diulik masa lalu dan masa depannya. Sementara Lora tetap aman. Tak tersentuh dan tak jelek namanya, karena tak ada yang tahu seperti apa rupa wanita yang tengah digendongnya. Ikhsan dalam khawatirnya tak lupa untuk tetap menjaga harga diri sang istri, menyelamatkan nama gadis berlesung pipi itu dari desas-desus yang tidak-tidak.
Arini tahu ini tidak akan mudah. Lelaki menggendong perempuan di area kampus bukanlah hal yang lumrah. Tapi mau bagaimana lagi? Toh dirinya dan Ikhsan hanya membawa motor, dan terlalu mustahil mengangkut Lora yang pingsan hanya dengan motor. Lagian sekretariat PMI cuma sembilan puluh meter dari parkiran. Setidaknya, seaneh apa pun perasaan Arini mendapati Ikhsan begitu khawatir, ia bukanlah wanita jahat yang tega melihat Lora pingsan. Dan berjalan beriringan menuju klinik perawatan bersama pasangan suami istri itu menjadi satu-satunya pilihan bagi Arini untuk bisa mengembalikan lagi harga dirinya yang sudah ia injak-injak di depan Ikhsan dengan sadarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SanuLora
General Fiction[CERITA KE 2] Follow biar Teman bisa baca semua chapter🤗 💞 kategori : baper somvlak Kepincut Gelora, gadis berhijab yang sudah sangat lama menginginkan bisa masuk ke dunia para cogan dan menjadi satu-satunya rebutan. Lora, begitu orang-orang hidup...