Keping 9 : Membujuk Lora

4.4K 400 34
                                    

(Bad Liar : Imagine Dragons)

So look me in the eyes. Tell me what you see.

Perfect paradise. Tearing at the seams.

I wish I could escape. I don't wanna fake it.

I wish I could erase it. Make your heart believe.

Happy reading

...................

Lora masih membisu. Malam ini kehadirannya di tengah-tengah keluarga Ikhsan benar-benar bak bencana. Ucapan Ikhsan barusan berhasil memporak-porandakan kebahagiaannya. Merenggut seluruh mimpi-mimpinya yang sudah susah payah ia bangun agar bisa masuk jurusan teknik. Menjadi idola cowok-cowok di sana.

"Jadi Lora, gimana? Kamu siapkan untuk nikah dengan Ikhsan Sabtu depan?" Amira bertanya basa-basi, padahal ibu tua tapi terlihat muda itu tak butuh pendapat Lora lagi.

Lora tersenyum pahit, manatap Ikhsan dalam, memohon pertolongan.

Ikhsan yang ditatap malah mengalihkan pandangannya ke arah Abah Latif. Tak peduli dengan wajah Lora yang memelas butuh bantuan.

Tapi Lora tak menyerah, ia mengalihkan pandangannya pada Abah Latif dan Amira lalu meminta izin untuk bicara hanya dengan Ikhsan berdua saja di teras luar, "Abah, Uma, Lora ingin bicara sama Bang Sanul dulu ya. Boleh?"

"Oh silakan Nak, silakan. Apa yang tidak buat calon mantu Abah?" Abah Latif merespon cepat, lalu berkata dingin pada Ikhsan, "kau dengar apa yang Lora mau San? Berdiri cepat dan bawa dia ke teras. Jangan biarkan hatinya jadi kesal."

Ikhsan tak menjawab ucapan sang Ayah, hanya mengangguk samar lalu berdiri. Menghadap Lora dan berkata datar, "dua detik tak susul saya ke teras, apa pun pendapatmu menjadi tak berguna."

Setdah! Lora menelan ludah pahitnya. Patah-patah berdiri sambil memandang hormat dua orang tua yang ada di depannya, lalu ikut di belakang langkah Ikhsan.

Sesampainya di teras, dua orang itu berdiri bak kutub negatif dan negatif pada magnet, berjauhan, bertolak belakang. Ikhsan di sayap kiri, sedangkan Lora di sayap kanan.

Melihat Lora mengambil jarak yang begitu ekstrim jauhnya, Ikhsan berkata sambil mengejek, "apa kamu ingin pembicaraan kita didengar santri satu pesantren? Kenapa tidak sekalian saja berdiri di gerbang kampus?"

"Issh!" Lora mendumel, tapi ia patuh dengan sindiran Ikhsan, lalu mendekatkan jaraknya pada senior cool itu.

"Geser ke sana sedikit lagi." Ikshan bersuara mengusir Lora yang berdiri terlalu dekat dengannya.

Lora menggeser jaraknya, menjauh dari sang senior.

"Itu terlalu jauh, geser ke sini selangkah." Ikhsan kembali memprotes jarak antara dirinya dan Lora.

Lora kesal sudah, tangannya disampirkannya dipinggang, mengomel, "Bang Sanul, Lora bawa abang ngomong berdua ke teras bukan untuk buat Abang jadi instruktur senam Lora. Dari tadi geser sana geser sini, punggung Lora ngilu Bang!"

Ikhsan tertawa kecil, namun tak dilihatkannya pada Lora, "ya sudah, berdiri di sana saja. Kamu mau bicara apa?"

"Lora nggak mau nikah sama Abang. Lora nggak suka Bang Sanul." Lora berkata apa adanya.

"Kamu pikir saya suka denganmu?" Ikhsan menimpali dingin, "big no Lora."

Mendengar ucapan Ikhsan barusan Lora merasa harga dirinya sudah bermigrasi ke Antartika, rendah serendah-rendahnya, "ya sudah, kalau kita tidak saling suka kenapa mesti menikah?"

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang