62.Rencana Pesta Perpisahan

11 3 2
                                    

Belakangan ini Anin tengah sibuk-sibuknya mempersiapkan acara perpisahan kelas dua belas. Ia menyiapkan dengan sangat baik. Seperti sekarang Anin tengah diskusi dengan Damas.

"List barang dekorasinya ini aja kan kak? Soalnya gua mau mulai belanja"Tanya Anin,mereka sedang berada di ruang osis.

"Iya nin emang lo sendiri yang mau beli?"Tanya balik Damas.

Anin mengangguk "Iya tapi paling gue beli online aja sih kak,ga ada waktu lah untuk sekadar nyari langsung"

Damas tertawa "Lo keliatan sibuk banget ya"Ada perasaan tidak enak karena Damas merasa seperti ia yang membuat Anin ribet.

Anin hanya menanggapinya dengan tertawa sambil tetap membaca beberapa kertas di tangannya.

"Lo begadang karena ini ya nin? "Pertanyaan Damas membuat Anin langsung mengangkat kepalanya untuk menatap Damas.

"Gue keliatan kusut banget ya kak? "

Damas mengangguk "Iya, lo keliatan cape terus agak pucet juga"

Anin mengambil ponselnya lalu membuka kamera. Ternyata ia lebih berantakan dari yang ia kira, mulai dari mukanya yang benar-benar polos dengan kantong mata yang makin terlihat atau bibirnya juga sedikit kering tanpa produk apa pun. Rambut lurusnya yang biasa ia urai akhirnya-akhir ini ia sering ikat atau bahkan cepol asal seperti mau mandi.

"Nin sorry ya"Ucap Damas tulus.

Anin terkekeh "Gapapa kak santai aja sih ini juga mau gua"

Tapi tetap saja Damas tidak enak hati, mungkin angkatannya terlalu banyak mau yang membuat Anin kesulitan. Memang Anin dengan senang hati mendengarkan aspirasi anak kelas dua belas lewat Damas, mulai dari konsep hingga jalannya acara banyak sekali request dari anak kelas dua belas dan mencoba mewujudkan dengan didiskusikan lagi dengan Damas.

"Kak udah mau bel nih ayo balik kelas"Keduannya berdiri namun pandangannya kabur.

"Aw"Anin memegangi kepalanya.

"Kenapa nin? "Tanya Damas.

Anin masih bisa tertawa "Duduk kelamaan bikin keliengan apa ya? "

Damas ikut terkekeh "Dasar,emang lo nya yang sakit, mau ke UKS ga? "

"Ga usah kak gua rebahan di sini aja"Anin berjalan ke arah sofa yang berada di dalam ruang osis.

Damas duduk di samping Anin "Nin soal gedung udah lo urus? "

Anin membuka lagi matannya "Oh iya kak nanti gue urus,tetep di hotel yang pertama kan? "

"Masalah itu biar gue yang urus deh nin nanti gue yang booking"

Anin menatap tak percaya Damas "Thank you ya kak"

"Harusnya gue yang makasih"Ucap Damas lalu ia mengambil ponselnya.

Setelah sambungan terhubung "Halo lan, bisa ke ruang osis ga?Cewek lo agak drop nih"

"KAK"Damas hanya terkekeh melihat Anin yang melotot kearahnya.

"Istirahat nin, gue ga bisa maafin lo sih kalau ampe di malem acaranya lo malah ga bisa dateng"Anin hanya mengangguk "Anggota lo banyak, coba untuk percaya sama mereka dengan serahin tugas-tugas biar ga lo doang ya ngerjain tugas beratnya"

Anin kembali menatap Damas tak percaya, ia tidak cerita kepada Damas tapi seolah Damas tau apa yang ia rasakan "Lo kaya gue dulu nin, prinsipnya kalau bisa gue yang kerjain kenapa harus orang lain tapi mulai sekarang lo ubah deh cara berpikir lo karena kalau gitu lo yang cape sendiri"

Damas saat menjadi ketua memang selalu begitu seolah ia tidak percaya kalau harus bawahannya yang mengerjakan sesuatu karena takut berantakan.

"Makasih kak sarannya tapi serius deh baru kali ini gue kaya gini karena ga tau kenapa di acara ini gue cuma mau ngasih yang terbaik dan ga gue mau kalau sampai acaranya berantakan kak"

Damas mengangguk "Dulu Asyila ga percaya banget ketika tau lo kepilih tapi sekarang gue bangga karena waktu itu pilih lo nin"

Anin terkekeh "Gue ga percaya lo milih gue kak"

Pintu ruang Osis terbuka tanpa diketuk terlebih dahulu lalu Alan masuk dan langsung berjongkok di depan Anin "Anin kenapa?"

"Alay lo"Damas mendorong bahu Alan hingga ia terduduk.

"Dasar sirik"Balas Alan tidak terima lalu ia bangun untuk duduk di sofa.

Tring....

"Udah bel nin gue balik kelas ya"Pamit Damas.

"Iya kak makasih ya"

"Lan dari pada lo berdua dikira bolos mendingan ajak Anin ke uks sana kalau mau istirahat"Saran Damas.

"Iya gampang, thanks ya mas"

"Yoii, bye"Lalu Damas keluar.

"Nin mulai sekarang jangan sakit tanpa izin aku, Alan khawatir "

Anin tersenyum samar "Siap Alanta"

"Ayo ke uks nin"Ajak Alan.

Anin menggeleng "Istirahat disini lebih nyaman, Alan balik aja ke kelas. Anin ga bakal dikira bolos kok,gampang lah masalah itu"

Alan terdiam, menimbang-nimbang "Anin tungguin Alan disini, nanti pulang sekolah kesini dan kita pulang bareng. Oke? "

Alan mengangguk "Kalau ada apa-apa langsung telpon ya nin"

Anin mengangguk, Alan sempat mengusap rambut Anin sebelum akhirnya benar-benar keluar.

Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang